bojonegorokab.go.id - Bupati Bojonegoro H. Suyoto hampir tak pernah lelah menyampaikan tentang Bojonegoro yang terus berkembang kepada khalayak baik nasional maupun internasional. Kali ini Kang Yoto sapaan akrabnya juga menjelaskan seperti apa itu pemimpin dan strategi dalam melawan tantangan global saat menjadi narasumber dalam Studium Generale Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Selatan bertajuk "Pemimpin Lokal Berwawasan Global untuk Indonesia Berkemajuan", Kamis (10/09/2015).
Dalam kesempatan itu Kang Yoto menyampaikan saat itu masyarakat Bojonegoro menuntut perubahan nasib dari kemiskinan, keterbatasan SDM, hingga keterbatasan infrastruktur.
"Tidak hanya itu mereka juga merasakan pembangunan tidak terarah dengan baik dan itu dikarenakan rendahnya pelayanan pemerintah serta kualitas Birokrasi yang ada. Termasuk perbaikan semangat dan mental Model, yang sering disebut 6 setan di masyarakat: tidak tanggung jawab, meremehkan, tidak sabar, iri hati, percaya gosip, suka meminta," ungkap Kang Yoto.
Untuk melawan ketiga tantangan tersebut lanjut Kang Yoto, perlu adanya transformasi mental dan hasilnya Bojonegoro menjadi salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mampu mengurangi tingkat kemiskinan sebesar 30%. Selain itu orang nomor satu di Pemkab Bojonegoro itu juga menyampaikan seperti apa itu pemimpin. Menurutnya, jangan senang di katakan pemimpin yang baik apabila kanan kiri pemimpin tersebut masih kurang baik.
"Karena ciri pemimpin yang baik itu harus mampu untuk mempengaruhi kanan kiri agar menjadi menjadi lebih baik," tegasnya.
Dijelaskan, pemimpin juga harus mampu untuk berjualan, apa yang di jual pemimpin yakni janji, harapan, target, hasil dan bukti, pemerintah (pemimpin).
"Dan seorang pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang jualannya di beli oleh masyarakat, " tandas Kang Yoto.
Adapun indikator bahwa pemerintah atau pemimpin itu sukses berjualan adalah peningkatan partisipasi publik dan pengakuan atau trust.
"Agar jualan laku seorang pemimpin harus memiliki mental yang bagus, mendengarkan terlebih dahulu setelah itu melakukan dan jangan mengharap cinta, tahta, harta maupun kedudukan apabila anda tidak mampu untuk berjualan," paparnya.
Masih kata Kang Yoto, pemimpin harus mampu mengambil keputusan dan transformatif. Pemimpin transformatif menurutnya adalah pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ, EQ, SQ, dan Behaviour Intelegence.
"Behavioral Intelegent itu penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu kecerdasan untuk berpikir, bertindak dan merespon secara cepat sehingga melahirkan kebijakan, perintah atau disposisi yang tepat," ungkapnya.
Ditambahkan, Behavioral Intelegent mampu menembus batas-batas pemikiran yang normal sehingga mampu melahirkan policy yang tidak normal tapi berdampak positif, misalnya Perda No 23 Tahun 2011 tentang konten Lokal dan rencana Perda Dana abadi Migas. Dalam forum tersebut Kang Yoto yang menjadi narasumbar bersama Marissa Grace Haque Fawzi, juga menerangkan tentang strategi dalam melawan tantangan global.
Dia menjelaskan tantangan yang ada di indonesia yakni Defisit eksport import yang disebabkan karena kebutuhan global terhadap eksport Indonesia menurun sepanjang tahun 2014, eksport nasional USD 176,29 milyar lebih rendah dari impor yang mencapai USD 178,18 milyar (sumber BPS).
"Selain itu Indonesia juga mengalami defisit penerimaan karena target penerimaan dari sektor pajak tidak tercapai. Faktor lain adalah pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan energi, konsumsi BBM di Indonesia sangat tinggi, sepanjang tahun 2013 yang lalu," imbuhnya.
Sementara dari hasil BPS mencatat bahwa Indonesia melakukan impor minyak mentah senilai USD 13, 585 milyar atau Rp. 135 Triliun, jumlah minyak yang di impor 16, 015 juta ton. Dalam menghadapi tantangan global tersebut Kabupaten Bojonegoro memiliki beberapa strategi. Diantaranya mencukupi kebutuhan Lokal Kabupaten Bojonegoro.
"Dan Bojonegoro telah menangkap peluang dari permasalahan global, nasional dan lokal,. Maka disitulah Kabupaten Bojonegoro harus Produktif. Agar Bojonegoro bisa menjadi produktif dengan cara optimalisasi SDM dan SDA yang dimiliki yaitu Minyak dan Gas, pangan, Industrial, penguatan sektor jasa. Pada dasarnya tidak Ada Kabupaten Miskin tetapi kabupaten yang salah urus," urai Kang Yoto. (git/kominfo)