Disabilitas Bojonegoro Dilatih Olah Produk Pertanian

-
06 Oct 2015
1.367 seen

bojonegorokab.go.id – Sebanyak 30 disabilitas di Kabupaten Bojonegoro mendapat pelatihan pengolahan hasil pertanian yang dipusatkan di Balai Desa Talun, Kecamatan Sumberrejo, Selasa (6/10/2015).

Ketua Panitia Kegiatan Pemberdayaan Penempatan Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas melalui Bantuan Sarana Usaha, Joko Santoso, mengatakan, puluhan penyandang disabilitas ini berasal dari kecamatan-kecamatan yang tersebar di Bojonegoro. Mereka mengikuti pelatihan selama empat hari mulai Selasa – Jumat (6-9/10/2015).

“Kegiatannya dilakukan pagi sampai sore,” kata Joko Santoso saat pembukaan pelatihan.

Dalam pelatihan ini peserta akan memperoleh materi mulai teori, praktek, dan cara pengemasan produk pengolahan hasil pertanian. Materi diberikan oleh dua nara sumber yakni dari Lembaga Pelatihan Keterampilan Pusat Pelatihan Pertanian Pesedaan Swadaya (LPK P4S) Gading dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro.

Joko berharap dengan pelatihan ini para penyandang disabilitas tidak hanya tidak hanya menyediakan jasa, melainkan bisa menghasilkan produk pertanian sesuai potensi yang ada di desa mereka.

“Kami berharap peserta dapat memanfaatkan ilmunya sehingga dapat menambah kesejahteraan keluarganya,” tegas Joko.

Selain mendapat pelatihan, para peserta direncanakan juga memperoleh peralatan untuk menunjang pelatihan yang diberikan.

Ketua Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro (HDKB) Bojonegoro, Sanawi, berpesan agar para disabilitas memanfaatkan pelatihan tersebut dengan sebaik-baiknya.

“Teman-teman harus memiliki semangat dan tekad kuat untuk mengalahkan kekurangan dan keterbatasan,” ucap Sanawi.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) Bojonegoro, Adie Witjaksono, berpesan agar para peserta lebih inovatif dan kreatif untuk menentukan produk hasil pertanian yang akan diolah.  Karena banyak potensi pertanian di desa-desa yang bisa diolah menjadi produk makanan ataupun camilan yang bisa mengangkat nilai jual.

“Seperti di Ngasem, ada garut yang diolah menjadi keripik yang harganya sekarang mencapai Rp25.000 – Rp30.000 per kilogram,” kata Adie memberi contoh.(dwi/anang/kominfo)