bojonegorokab.go.id - Umi Kulsum terlihat bersemangat. Warga Desa Katur, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, itu banyak bertanya tentang cara memotong kain kepada instruktur.
Maklum, Umi Kulsum baru pertama kali mendapat pelatihan menjahit. Sehingga wanita berusia 37 tahun masih awam sekali dengan dunia jahit menjahit pakaian.
Jangankan cara memotong kain, menentukan pola saja, Ibu dua anak itu masih kebingungan. Namun kondisi itu tak membuatnya patah arang.
“Kalau dibentuk seperti ini bagaimana cara mengukur dan memotongnya, Mbak?” tanya Umi Kulsum kepada Inawati, salah satu Instruktur, Jum'at (9/10/2015).
Mendapat pertanyaan seperti itu, Inawati langsung mendatanginya. Dengan telaten, gadis berjilbab itu mengajari Umi Kulsum.
Setelah memperoleh penjelasan, Umi melanjutkan kembali memotong kain yang ada di depannya. Kain itu kemudian dipotong sesuai bentuknya yang ditandai garis kapur berwarna.
“Baru pertama kali ini,” ucap Umi.
“Cukup susah. Tapi ini tantangan buat saya. Saya ingin bisa menjahit,” lanjut dia.
Tekad Umi untuk bisa menjahit cukup kuat. Karena Ia bercita-cita setelah terampil menjahit ingin membuka usaha konveksi di desanya.
Menurut dia, dengan usaha tersebut, selain bisa menambah pendapatan keluarga, juga membuka peluang pekerjaan bagi warga.
“Di sini belum ada. Jadi ini peluang bisnis yang bagus,” tegas Umi.
“Apalagi di sini ada proyek migas. Jadi nanti kalau ada perusahaan yang membutuhkan membuat baju karyawan bisa saya layani,” pungkas Umi.
Pelatihan menjahit yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) Bojonegoro ini bukan hanya memberikan keterampilan baru bagi warga. Namun juga menumbuhkan semangat berwirausaha. Meskipun dari 50 peserta pelatihan menjahit yang dilaksanakan, hampir mayoritas belum memiliki bekal menjahit.
“Memang pelatihan ini diprioritaskan bagi peserta yang belum bisa menjahit,” sambung Inawati saat memberi pelatihan menjahit di Balai Desa Katur.
Dalam kegiatan ini para peserta mendapat pelatihan selama dua belas hari. Mereka mendapat pelatihan mulai teori, cara memotong kain, menentukan pola atasan, bawahan, gamis, anak-anak, pengenalan alat dan cara menjahit.
Pelatihan ini merupakan program pelatihan 12 ribu orang yang dilaksanakan Disnakertransos. Adapun jenis pelatihan yang diberikan selain menjahit di antaranya tata rias, potong rambut, komputer, tata boga. Setiap pelatihan diikuti minimal 50 orang.
“Sampai Oktober ini sudah 6000 orang lebih yang mengikuti program pelatihan,” sambung Kepala Disnakertransos, Adie Witjaksono dikonfirmasi terpisah.
Diharapkan dengan pelatihan ini warga memiliki keterampilan untuk menciptakan usaha baru sehingga membuka lapangan pekerjaan.
“Dengan begitu akan dapat meningkatkan taraf ekonominya dan bisa mengurangi pengangguran,” tegas Adie.(dwi/kominfo)