Pengelolaan Sampah Bojonegoro Masuk Inovasi Pelayanan Publik Tingkat Nasional

-
29 Feb 2016
177 seen

bojonegorokab.go.id - Bupati Bojonegoro, Suyoto akan melakukan presentasi dan wawancara Inovasi pelayanan Publik Tahun 2016 khususnya adalah dalam bidang penanganan sampah di Kementeria Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi (Kemen PAN) pada Selasa (1/3/2016). Kegiatan ini merupakan rangkaian tahapan lanjutan desk evaluasi kompetisi inovasi pelayanan publik tahun 2016. Berdasarkan surat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Nomor : Und/214/D.IV.PAN/02/2016 tanggal 25 Februari 2016, Kabupaten Bojonegoro dinyatakan lolos masuk di tahapan presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2016 di tingkat nasional.

Sementara itu dalam presentasi dan wawancara dalam kompetisi inovasi pelayanan publik tahun 2016 ini, Kabupaten Bojonegoro mengangkat masalah pengelolaan sampah. Dalam presentasi nantinya Bupati akan menyampaikan sampah menjadi masalah bagi seluruh daerah tak hanya kabupaten maupun provinsi.

Bupati Suyoto menjelaskan, sampah selama ini identik dengan beberapa hal antara lain biaya, lahan, penyakit dan konflik sosial. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam mengatasi masalah sampah ini mengusung semangat “ menyelesaikan masalah dan melahirkan berkah".

Bupati menuturkan, meningkatnya jumlah penduduk Bojonegoro yang mencapai 1,3 juta membuat volume sampah juga bertambah, sedangkan cakupan pelayanan sangat terbatas. Dengan terbatasnya lahan TPA dan masalah kebersihan, membuat masalah menjadi masalah serius yang harus segera dicarikan jalan keluar.

"Selama ini sampah juga selalu menjadi sorotan dan komplain bagi warga sekitar, belum lagi sarang penyakit. Melihat masalah inilah, kita melakukan langkah inovasi dan mencari solusi atas permasalahan lingkungan. Yakni dengan menyulap sampah menjadi barang yang memiliki nilai tak sekedar nilai ekonomi akan tetapi nilai pemanfaatan sebagai bahan alternatif," kata Kang Yoto-sapaan akrab Bupati Bojonegoro.

Secara khusus Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) di TPA telah megolah sampah menjadi beberapa produk antara lain sebagai bahan bakar alternatif. TPA Bojonegoro mampu menghaislkan BBM Sampah yakni dari 22 kilogram sampah plastik mampu menghasilkan 10 liter solar yang dimanfaatkan untuk bahan bakar operasional TPA. Selain itu sampah yang menghasilkan bau kurang sedap ditangan DKP Bojonegoro dimanfaatkan menjadi bahan gas alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi bagi 40 kepala keluarga disekitar TPA.

"Gas methane yang dihasilkan dari aktifitas pembuangan sampah di jadikan sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan masak bagi warga sekitar," sambung Kepala DKP Bojonegoro, Nurul Azizah.

Tak hanya itu TPA yang dianggap tempat kotor dan buruk, mampu menjelma menjadi satu tempat aktifitas bagi para pemulung. Saat ini,setidaknya terdapat 62 orang pemulung yang tergabung di TPA tersebut dengan rata-rata penghasilan mencapai 35 ribu sampai dengan 50 ribu rupiah per hari.

"Kegiatan lain yang dijalankan dari aktifitas sampah ini antara lain adalah bank sampah induk patrol 21 dengan jumlah anggota mencapai 68 bank sampah. Selain itu juga menghasilkan produk organik berupa kompos Bojonegoro atau Kombo yang setiap hari mampu menghasilkan 18 meter kubik kompos perharinya," tegas Nurul.

Untuk sekedar diketahui pada tahun 2014 sampah masuk di TPA banjarsari mencapai 188 meter kubuik , dan sampah yang terolah hanya 15 meter kubik organik dan 18,28 meter kubik non organik sedangkan sisanya yakni 154,72 meterkubik adalah residu. Sedangkan untuk tahun 2015 ini sampah yang masuk di TPA mencapai 211 Meter kubik, yang terolah mencapai 18 meter kubik organik dan 19,43 non organik sedangkan 173,57 merupakan residu.

Dengan sistem pengolahan dan pengelolaan TPA ini membawa beberapa keuntungan antara lain memperpanjang usia TPA yang seharusnya hanya 6 tahun kini menjadi 9,5 tahun. Hasilnya, lingkungan TPA kini semakin bersih, bau sampah berkurang, demikian pula dengan sebaran lalat sehingga komplain dari masyarakat juga jauh sangat berkurang.

Hal itu dibuktikan dengan berdirinya beberapa warung di sekitar TPA. Manfaat lain, lanjut dia, adalah meningkatnya jumlah pemulung dari 32 orang menjadi 62 orang dengan pendapatan yang juga meningkat yang semula 15 ribu sampai 20 ribu rupiah kini menjadi 35 ribu sampai 50 ribu rupiah.

"Tangkapan gas methane sebagai pengganti LPG kini dimanfaatkan oleh kurang lebih 40 KK dan adanya reakor pirolis yang mampu menghasilkan 10 liter solat per hari untuk bahan bakar incinerator," pungkasnya.(dwi/kominfo)