Pembangunan kebudayaan di Kabupaten Bojonegoro ditujukan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya global. Pengembangan seni dan budaya di Kabupaten Bojonegoro sudah mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya namun demikian upaya peningkatan jati diri masyarakat Kabupaten Bojonegoro seperti halnya solidaritas sosial, kekeluargaan, budaya berperilaku positif seperti kerja keras , gotong royong, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa masih memudar. Hal tersebut menunjukan perlunya mengembalikan dan menggali kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat, kepemudaan dan olahraga.
Masyarakat Samin
Masyarakat Samin adalah salah satu suku yang ada di Indonesia. Masyarakat ini adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, di mana mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan. Bentuk yang dilakukan adalah menolak membayar pajak, menolak segala peraturan yang dibuat pemerintah kolonial. Masyarakat ini acap memusingkan pemerintah Belanda maupun penjajahan Jepang karena sikap itu, sikap yang hingga sekarang dianggap menjengkelkan oleh kelompok di luarnya.
Masyarakat Samin sendiri juga mengisolasi diri hingga baru pada tahun '70-an, mereka baru tahu Indonesia telah merdeka. Kelompok Samin ini tersebar sampai Jawa Tengah, namun konsentrasi terbesarnya berada di kawasan Blora, Jawa Tengah dan Bojonegoro, Jawa Timur yang masing-masing bermukim di perbatasan kedua wilayah. Jumlah mereka tidak banyak dan tinggal di kawasan pegunungan Kendeng di perbatasan dua provinsi. Kelompok Samin lebih suka disebut wong sikep, karena kata samin bagi mereka mengandung makna negatif. Orang luar Samin sering menganggap mereka sebagai kelompok yang lugu, tidak suka mencuri, menolak membayar pajak, dan acap menjadi bahan lelucon terutama di kalangan masyarakat Bojonegoro. Pokok ajaran Samin Surosentiko, yang nama aslinya Raden Kohar, kelahiran Desa Ploso Kedhiren, Randublatung, tahun 1859, dan meninggal saat diasingkan ke Padang, 1914.
Kayangan Api
Kayangan Api adalah “Sumber Api Abadi” yang terletak di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur. Kayangan Api merupakan fenomena geologi berupa gas alam yang keluar dari dalam tanah melalui zona lemah (rekahan). Kayangan Api adalah tempat pertapaan seorang Empu dari zaman Majapahit bernama Empu Supa. Sang Empu dikisahkan melakukan pertapaan dan membuat pusaka di lokasi Kayangan Api.
Pusaka yang dibuat oleh Empu Supa yakni Keris Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo yang ditempa dan dibakar dengan api yang keluar dari dalam tanah tersebut. Oleh pihak kerajaan, Empu Supa diangkat menjadi Empu Majapahit dan diberi gelar Empu Kriya Kusuma. Kayangan Api kini menjadi salah satu objek wisata unggulan Bojonegoro yang banyak dikunjungi wisatawan. Selain karena keunikannya, lokasi Kayangan Api yang berada di tengah kawasan hutan menjadikannya tempat yang pas untuk berwisata.