Produksi Padi Bojonegoro Capai 14 Ton/Ha dengan IPAT-BO

-
01 Mar 2016
3.623 seen

bojonegorokab.go.id - Bojonegoro mulai mengembangkan pertanian dengan sistim Intensifikasi Padi AerobTerkendali  Berbasis Organic (IPAT BO).  Teknologi ini telah terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian hingga mencapai 14 ton per hektar (Ha).

Saat ini teknologi tersebut telah diterapkan petani di Desa Kebonagung, Kecamatan Padangan, dengan areal luas tanam 5 Ha. Hasilnya, produksi pertanian dengan menggunakan sistim IPAT BO mampu menghasilkan produksi hampir dua kali lipat dibanding dengan sistim pertanian yang digunakan petani pada umumnya.

"Kalau biasa produksinya rata-rata 6 sampai 8 ton per hektar," kata Camat Padangan, Farid Naqib.

Menurut dia, selain dapat meningkatkan produksi pertanian, teknologi pertanian IPAT BO ini memiliki beberapa keunggulan lain. Yakni tak membutuhkan banyak air dan ramah lingkungan karena banyak menggunakan pupuk organik.

"Produksi 14 ton per hektar itu masih bisa meningkat jika petani benar-benar maksimal menerapkan teknologi ini," tegas mantan Kepala Bagian Organisasi dan Tata Kelola (Ortala) Bojonegoro.   

Farid menyatakan, dengan keberhasilan uji coba teknologi IPAT Bo ini, pihaknya berencana mengembangkannya di semua lahan pertanian di wilayah Padangan untuk mendukung Bojonegoro sebagai lumbung pangan negeri. Saat ini, kata dia,  luas tanam padi wilayah Padangan mencapai 4.050 Ha dengan total produksi 32.400 ton. Dari luasan tersebut 1.700 Ha adalah lahan pertanian teknis.

"Saya harapkan ada dukungan dari Dinas Pertanian untuk membantu mengembangkan teknologi ini di wilayah Padangan," ucap Farid.

Untuk diketahui, IPAT-BO adalah system produksi holistik dan terencana dengan menitikberatkan pemanfaatan kekuatan biologis tanah (pabrik pupuk alami), tanaman input lokal untuk memulihkan kesehatan lahan dan melipatgandakan hasil padi. Karena dengan teknologi IPAT-BO petani akan hemat air, hemat bibit, hemat pupuk anorganik, hemat pestisida dan pertumbuhan serta hasil panen berlipat ganda. Teknologi ini diterapkan Kementerian Pertanian di sejumlah daerah di Indonesia untuk mendukung swasembada pangan.(dwi/kominfo)