2018, Bojonegoro Targetkan Produksi Pangan 1,5 Juta Ton

-
26 May 2016
2.128 seen

bojonegorokab.go.id - Untuk mewujudkan Bojonegoro sebagai lumbung pangan, tahun 2018 nanti Bojonegoro menargetkan produksi hingga 1,5 juta ton. Hal ini disampaikan Kang Yoto saat menjadi pembicara di sidang ketahanan pangan wilayah tengah tingkat nasional yang digelar di hotel Arya Duta Palembang, Kamis (26/5) pagi tadi. Saat ini kondisi eksisting di Bojonegoro mencapai 907.000 ton gabah, dengan luasan lahan mencapai 76.778 hektar dengan produktuvitas mencapai 5,7 ton per hektar, adapun indeks pertanaman mencapai 1,86 itu merupakan catatan ditahun 2015.Sedangkan ditahun 2018 Bojonegoro mentargetkan 1,5 juta ton gabah.untuk mencapai target tersebut Pemkab akan melakukan beberapa hal ahlgar produktivitas mencapai 8 ton per hektar dan indeks pertanaman meningkat menjadi 2,2. Bupati menambahkan untuk mewujudkan ketahanan dilakukan beberapa upaya salah satunya adalah kebijakan pemerintah dengan mengeluarkan instruksi Bupati nomer 4 tahun 2013 tentang sebelas kebijakan tentang pangan mulai penggunaan lahan, bibit dan benih, pola tanam/kelola ternak, sosialisasi dan mantapkan pola panen berkelanjutan. Peningkatan SDM para pelaku usaha pertanian, sinergi inovasi dan pasar dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi,keuangan/pembiayaan,organisasi pelayaban,peningkatan,pemberdayaan, dan pencapaian daya saing. Mengembangkan sarana dan membangun kelompok belajar bekerjasama dengan perguruan tinggi. Serta menggunakan teknologi informasi. Yang terakhir adalah menyediakan seluruh infrstruktur yang mendukung seperti air,jalan,pergudangan dan pasar serta alat angkut. Pemkab menyadari betul bahwa mengubah culture pertanian konvensional bukan perkara gampang, oleh karenanya pemkab menggandeng beberapa pihak antara lain IPB di beberapa kegiatan mulai Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) yang sudah terbentuk di empat wilayah, aplikasi Cyber Extention dan rumah inovasi di beberapa kecamatan. Petani dan PPL bisa memanfaatkan jaringan komunikasi untuk berkonsultasi dengan IPB sehingga kendala yang ditemui dilapangan bisa segera mendapatkan penanganan. Tak hanya itu pemkab juga bekerjasama dengan Australia dalam pengembangan peternakan sapi dengan metode silvopastura bekerjasama juga dengan pihak Perhutani. Pihak lain yang digandeng pemkab adalah Unhas Makasar dalam pengembangan sistem aplikasi untuk pengenalan kesesuaian kondisi lahan dengan komoditas yang akan ditanam. Secara internal Pemkab juga melakukan penguatan dan pembenahan kelembagaan petani,gapoktan,serta lembaga HIPPA. Pengembangan sistem aplikasi sistem tanam dan panen tepat, diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanian. Intervensi lain yang dilakukan pemkab adalah menggandeng perbankan dalam permodalan para petani, modal selama ini menjadi masalah klasik yang dihadapi petani. "Oleh karenanya melalui salah satu BUMD pemkab memberikan permodalan dengan sistem pinjam dan KUR. Hal lain adalah dengan menerapkan sistem teknologi IPAT-BO, tanam jajar legowo yang mampu menghasilkan produksi 12 ton per hektar," papar Kang Yoto. (***)