Empat Kepala Daerah Di Indonesia Kunjungi Bojonegoro

Admin
03 Jun 2016
57 dilihat

bojonegorokab.go.id - Bupati Bojonegoro, Suyoto menyambut tamu penting dari empat Kabupaten yakni Kolaka,
Kabupaten Bojonegoro kedatangan sejumlah Kepala Daerah di Indonesia. Mereka adalah Bupati Kolaka Sulawesi Tenggara, Ahmad Syafe'i dan perwakilan dari Kabupaten Banyuwangi, teramsuk dari Musi Banyuasin serta Lombok Barat.

Sejumlah Kepala Daerah itu disambut langsung oleh Bupati Bojonegoro Suyoto. Dan kegiatan ini dalam rangka Study eklusion kebijakan inovasi tata kelola pertambangan di Bojonegoro.


Daerah pertambangan dan migas selama ini rentan dengan kerusakan atau kutukan sumber daya minyak . Oleh sebab itu, tujuan dari kegiatan ini ialah untuk sharing pengelolaan untuk daerah pertambangan dam migas.

Ahmad Syafe'i dalam penjelasannya menuturkan bahwa tata kelola pertambangan diwilayahnya memang belum cukup stabil. Ahmad Syafe'i menyampaikan ucapan terima kasih kepada article 33 yang telah memfasilitasi kegiatan di daerah pertambangan terkait revisi undang undang pertambangan semoga berpihak kepada daerah.

"Dengan adanya penarikan wewenang pertambangan dari kabupaten ke Propinsi,ada beberapa hal yang dilakukan oleh Kota Kolaka yakni dengan menyiapkan sektor pariwisata," katanya.

Menurutnya, Kabupaten Kolaka memiliki potensi sumber daya alam khususnya sektor kelautan dan perikanan bahkan rempah rempah, misalnya cengkeh.
Kolaka sudah mengalami pemekaran yakni kolaka utara dan kolaka timur, kolaka dapat diakses melalui jalur laut,udara dan jalan Trans Sulawesi.

"Beberapa waktu lalu kabupaten Kolaka mengoperasikan pelabuhan kontainer yang langsung menuju dari pelabuhan Surabaya," tuturnya.

Masih kata Ahmad Safe'i, Kabupaten Kolaka memiliki berbagai jenis potensi Sumber daya mineral nikel, onyx,marmer,batu sabak. Seluruh potensi tersebut yang kini tengan di kelola oleh Pemkab Kolaka.

"20 juta tanah setiap tahun dibawa keluar negeri, sehingga banyak gunung yang rata," ungkapnya.

Oleh karena itu, lanjut dia, Pemerintah Kolaka kini sedang memperbaiki dari sektor pariwisata, dengan mengembangkan destinasi wisata laut dan pantai, karena Kolaka punya pulau Padamarang yang terdapat 7 gugusan pulau.

"Destinasi wisata komplek raja raja Mekongga di Kabupaten Kolaka, wisata bahari Tamborasi yang merupakan salah satu icon Kolaka, yakni destinasi sungai terpendek di dunia yakni Tanjung Malaaha," imbuhnya.

Untuk akses menuju Kolaka saat ini lebih mudah, sehingga bisa jadi salah satu destinasi wisata pilihan di wilayah Timur. Untuk jarak menuju pariwisata tersebut tidak jauh, hanya sekitar 20-40km dari ibu kota.
"Jarak terjauh ialah Tamborasi yang berjarak 60 km dr ibu kota Kolaka," pungkasnya.

Sementara itu Bupati Bojonegoro Suyoto, mengatakanbahwa dalam pengelolaan migas banyak pihak yang dampingi Bojonegoro sehingga terhindar dari kutukan sumber daya migas.

"Bojonegoro merupakan daerah miskin, rawan banjir, dan daerah yang rentan dengan konflik," kata Kang Yoto panggilan akrab Bupati Suyoto.

Hal itu yang mempengaruhi dan membentuk mental rakyat Bojonegoro mulai mental peminta, suka mengeluh, takut berproses dan iri .

Produksi minyak saat ini 170 ribu dan 220 ribu barrel per hari di masa puncak produksi. Sehingga saat ini 20 persen kebutuhan minyak nasional disuplai dari Bojonegoro.

"Yang harus diantisipasi adalah konflik sosial,kerusakan lingkungan, kerusakan infrastruktur. Dalam pengelolaan
DBH migas fluktuatif menyesuaikan harga minyak dunia," ungkapnya.

Berkaca dari hal itu maka pengelolaan anggaran di Bojonegoro berbeda dari daerah lain. Ancaman lain dengan sektor migas maka sektor lainnya tak terpikirkan, mental korupsi , mental pesta adalah mental dari orang kaya baru.

Meski memiliki uang Pemkab tak terjebak membangun infrastruktur yang megah dan mewah dan tidak memikirkan masa depan sehingga terjebak dalam kondisi yang merugikan.

"Banyak daerah yang kaya pertambangan namun dalam kondisi terpuruk menjadikan Bojonegoro pertegas dukungan politik dan sosial untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas untuk mengelola lingkungan dan
Maksimalkan peluang saat konstruksi dan produksi dengan membuat perda konten lokal," tandas Kang Yoto.

Selain itu lanjut dia efektifkan belanja untuk pembangunan berkelanjutan, sdm infrstruktur dan fiskal.

"Mengelola semua itu dengan transparan dan akuntabel untuk menghindari konflik.
Dana abadi migas untuk pelayanan publik dan infrastruktur, SDM dengan memberikan bea siswa Rp 2 juta persiswa dan pelatihan ketrampilan," jelasnya.

Keberlanjutan fiskal diantaranya investasi produktif. Komitmen terhadap pembangunan desa termasuk
Transparansi dan optimalisasi potensi lokal. (Rik/Kominfo)