bojonegorokab.go.id - Pembangunan waduk gongseng lambat. Padahal targetnya akhir tahun 2018 pembangunan waduk gongseng harus sudah kelar. "Saat ini progresnya baru 31 persen, seharusnya sudah 60 persen," ungkap Yudi Pratondo, Kepala Balai Besar Bengawan Solo saat menemui Bupati Bojonegoro Suyoto Jumat (05/08) kemarin.
Dia menyebut progres pembangunan waduk gongseng masuk dalam kriteria terlambat. Padahal targetnya saat ini seharusnya sudah mencapai 60 persen. "Tapi realitasnya baru sekitar 31 persen," ujarnya.
Dijelaskan waduk gongseng merupakan salah satu dari 16 bendungan proyek strategis nasional. Dia memohon kepada bupati agar pemerintah daerah ikut mendukung dan bekerja sama agar pembangunan proyek ini bisa diselesaikan tepat waktu.
"Problem utama yang menjadi kendala adalah relokasi lahan. Dimana Balai Besar Bengawan Solo (BBBS) belum memiliki dana untuk membayar tanah pengganti tersebut, dan paling cepat bisa dibayar pada 2017 mendatang," jelas Yudi.
Menanggapi hal ini Bupati menyarankan jika tidak bisa melakukan pengadaan lahan dengan cepat, ada 3 hal yang bisa dilakukan,katanya. Pertama jika warga meminta pindah maka bisa dilakukan pemindahan. "Jika tidak, bisa bekerja dengan proses pindah tahun depan. Yang kedua, meminta dispensasi kepada perhutani karena proyek itu juga ada yang masuk dalam kawasan perhutanj. Dan yang terakhir memastikan bahwa penggantian tanah dapat dilakukan tahun depan," saran Kang Yoto.
Sementara itu Balai Besar Bengawan Solo akan melakukan kontrak irigasi pacal pertengahan bulan Agustus, dengan biaya 270 M. Irigasi pacal akan dibenahi secara total, sehingga jika sudah jadi nantinya air akan di suplay dari waduk pacal dan waduk gongseng. Perbaikan ini dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan di Bojonegoro, untuk itu Yudi memohon kembali kepada bupati agar perbaikan dapat disetujui oleh Dirjen. (***)