Penanganan AIDS Harus Terintegrasi

-
29 Sep 2016
111 seen

bojonegorokab.go.id - ‪Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia ini, menjadi salah satu penyakit berbahaya mematikan untuk penderita. Sampai dengan Agustus bulan lalu, sudah ada 19 orang dengan HIV AIDS (ODHA) meninggal dunia.

Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalan operasionalisasi kebijakan dan strategi penanggulangan HIV/ AIDS yang komprehensif dan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan,  KP AIDS Gelar Rapat Koordinasi (Rakor) Monitoring Evaluasi (Monev) Bojonegoro, di ruang Angling Dharma Pemkab, Kamis (29/9).

Menurut Sekretaris Komisi Penanggulan AIDS Bojonegoro, Johny Nurhariyanto,  rakor ini melibatkan 20 puskesmas di  wilayah Kabupaten Bojonegoro.

"Kegiatan ini bertujuan  meningkatkan peran KPA yang didalamnya terdapat anggota kelompok kerja dalam penanggulangan HIV AIDS secara intensif, menyeluruh dan terkoordinasi diwilayah Bojonegoro,"  ungkapnya.

Rakor ini diikuti oleh 70 orang yang terdiri dari Anggota KP AIDS, Koordinator dan Anggota Pokja KPA serta programer HIV AIDS di 20 Puskesmas di Kabupaten Bojonegoro.

Sementara itu Wakil Bupati Bojonegoro, Setyo Hartono yang  membuka acara ini menyatakan bahwa pola hidup,  baik pola makan dan minum serta olah raga harus diperhatikan.

"Khusus mereka yang menderita sakit ini kebanyaakan karena ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat serta kurang disiplinnya kita untuk melakukan pemeriksaan kesehatan," katanya.

Dalam kesempatan ini Wabup berpesan agar seluruh Pokja KP AIDS senantiasa mengirimkan data yang valid jumlah penderita HIV AIDS, selain itu melibatkan pihak lain seperti Babinsa dan Babinkamtibmas dalam penanganan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini.

"Kepada para tenaga medis untuk menangani dan rutin melakukan pemeriksaan kepada ODHA ini," tandasnya.

Wabup juga menyampaikan hal yang memprihatinkan dimana jumlah penderita terbanyak adalah ibu rumah tangga. Oleh karenanya dirinya menghimbau agar para suami memperhatikan betul kesehatan, apalagi jika suami adalah positif HIV rutin memeriksakan diri dan melakukan pengobatan.Karena penyebaran HIV AIDS ini paling besar karena hubungan seksual.

Dalam kurun waktu Januari sampai dengan Agustus 2016 terdapat 143 penderita HIV AIDS baru di Bojonegoro. Dan 19 diantaranya meninggal dunia.

Dari jumlah143 ODHA baru ini, 124 masih hidup. Yang mengejutkan adalah 28 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro terdapat penderita HIV AIDS. Yang tertinggi adalah Kecaamatan Kapas dengan 15 ODHA, disusul Kecamatan Dander dengan 12 ODHA dan Kecamatan Ngasem dengan 11 ODHA.

Berdasarkan jenis pekerjaan dari 143 ODHA di Bojonegoro ini adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 46 penderita,  buruh kasar 17 orang, wiraswasta 16 orang, petani atau nelayan 8 orang, karyawan 2 orang, PNS 2 orang dan TNI/Polri 1 orang.

Sedangkan  23 lainnya dan 23 tidak diketahui. Dari golongan umur usia 0-4 tahun terdapat 2 penderita, usia 20-24 tahun sejumlah 6 orang, usia 25-29 tahun terdapat 9 penderita. Usia 30-34 tahun terdapat 28 orang, usia 35-39 tahun 26 orang.

Usia 40-44 tahun terdapat 31 orang,usia 45-49 tahun 16 orang dan 17 orang di usia 50-54 tahun. Sedangkan usia 55-59 tahun terdapat 7 penderita dan 1 orang di usia 60 tahun lebih.

Untuk tahun 2015 lalu jumlah penderita HIV AIDS di Bojonegoro terdapat 186 penderita baru, 25 orang meninggal dunia dan 161 masih hidup.

Tahun 2014 terdapat 132 penderita baru HIV AIDS 95 orang hidup dan 37 orang penderita HIV AIDS meninggal dunia. Secara umum jumlah penderita HIV AIDS di Bojonegoro mencapai 5000 orang namun baru 817 yang terdeteksi.

Hal ini karena banyak mereka yang terindikasi HIV AIDS justru dikucilkan ketika mereka diketahui menderita penyakit ini.Jadi banyak penderita yang justru menyembunyikan karena beragam alasan.

Kedepan dalam rangka menekan penyebaran HIV AIDS di Bojonegoro para Ibu Hamil untuk disarankan melakukan pemeriksaan HIV sebagai antisipasi.(Rik/kominfo)