bojonegorokab.go.id – Menteri Pertanian, Andi Arman Sulaiman, memberikan bantuan 300 unit pompa air kepada petani Bojonegoro di Desa Simorejo, Kecamatan Kanor, Rabu (24/6/2015). Bantuan ini untuk mengantisipasi kekeringan dan ancaman gagal panen yang bisa dialami petani saat musim kemarau seperti ini.
Andi Arman Sulaiman menegaskan, dengan 300 unit pompa air ini dapat menyelamatkan 10.000 hektar (Ha) areal pertanian padi di wilayah Bojonegoro yang berpotensi dilanda kekeringan.
“Palinng lama dua minggu bantuan itu sudah smapai di sini,” tandasnya.
Dia menegaskan, bahwa fokus Kementerian Pertanian saat ini adalah menyelamatkan areal tanaman pangan jangan sampai mati ataupun gagal panen. Sebab, lanjut dia, di seluruh Indonesia lahan pertanian yang berpotensi kekeringan mencapai 198 ribu hektar setiap tahunnya. Dari jumlah itu, lahan yang puso atau gagal panen seluas 25 hektar.
“Karena itu, untuk mengantisipasinya tahun ini kita menganggarkan 880 milyar untuk menambah 20 ribu sampai 30 ribu unit pompa air di seluruh Indonesia. Termasuk di Bojonegoro ini,” Ungkap Andi Arman Sulaiman kepada berita bojonegorokab.go.id.
Selain membantu pompa air bersih, Kementerian Pertanian juga akan melakukan perbaikan perbaikan jaringan irigasi di Bojonegoro dengan mengalokasi 4.000 hektar.
“Dengan tambahan luas areal 4 ribu hektar di sini, target kita 1,5 juta hektar akan terealisasi. Sekarang luas panen sudah satu juta hektar lebih,” pungkasnya.
Sebelumnya, Bupati Bojonegoro memaparkan, bahwa berdasarkan prediksi BMKG musim hujan sampai dengan Juni, namun nyatanya pertengahan Mei hujan sama sekali tidak terjadi padahal banyak petani Bojonegoro yang sudah mempertaruhkan hidup untuk bercocok tanam.
“Melihat kondisi ini, saya beserta jajaran langsung menggelar rapat untuk mengantisipasi sekaligus membuat skenario penyelamatan,” ungkapnya.
Kang Yoto, sapaan akrab Bupati Bojonegoro, menjelaskan, di awal April kondisi bengawan solo masih banjir siaga II, namun sebulan kemudian sebaliknya kondisi air mengering. Dari 32 ribu hektar tanaman padi di wilayah Bojonegoro, ada 10 ribu hektar yang masuk dalam titik kritis.
“Inilah yang harus diselamatkan khususnya daerah yang jauh dari aliran Bengawan Solo,” tegas Kang Yoto.
Beberapa skenario setelah dilakukan analisa maka kebutuhan air bisa dipenuhi dari Waduk Pacal dan pengairan teknis dari aliran Sungai Bengawan Solo. Namun untuk menjaga stabilitas keamanan pendistribusian air ini perlu melibatkan pihak aparat keamanan baik TNI maupun Polri.
“Juga pembangunan embung adalah dalam rangka untuk menjaga ketersediaan air dimusim paceklik seperti ini,” pungkas Kang Yoto. (Mbang/Dinkominfo)