Beternak Ayam Irak dan Buras Investasi Yang Menjanjikan

-
25 Jun 2015
2.310 seen

bojonegorokab.go.id - Lelaki paruh baya yang memakai seragam biru bertuliskan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Maju Bersama Desa Sidorejo Kecamatan Kedungadem tengah asik memberikan pakan untuk 800 ekor ayam buras yang sejak tiga tahun ini digelutinya di Desa Sidorejo.

Puluhan anggota SPR tengah memberikan pakan untuk sapi-sapi yang dikembang biakan di SPR Maju Bersama. SPR yang selama identik untuk tempat budidaya dan penggemukan sapi ternyata ditangan SPR Maju Bersama Desa Sidorejo Kecamatan Kedungadem juga untuk budidaya ternak unggas seperti bebek, ayam buras dan ayam iraq.

Sabat ketua Dewan Perwakilan Peternak (DPPT) menjelaskan dalam SPR tidak hanya fokus pada ternak sapi namun juga pada budidaya unggas. Khusus untuk budidaya unggas ini sangat menjanjikan dan bisa dibudidayakan bersama dengan ternak lainnya. Hal ini berbeda dengan budidaya ayam broiler atau yang dikenal masyarakat dengan sebutan ayam potong membutuhkan kandang yang relatif tenang dan jauh dari aktifitas.

Menurut Sabat ayam buras dan iraq ini setiap anakan seharga 5000 sampai dengan 6000 ribu rupiah untuk jenis lokal, dan anakan hibrida harga lebih dari 6.500 rupiah perkilogram.  sedangkan untuk yang usia siap bertelur kisaran 55 ribu rupiah per ekor. Jenis ayam ini mampu berproduksi selama kurun waktu dua tahun, dengan catatan pakan dan perawatan harus cukup. Selain itu saat beternak ayam buras ini dirinya harus rutin memberikan multivitamin untuk menjaga kesehatan ayam.

Dituturkan diawal budidaya ayam petelur ini dirinya mengeluarkan biaya yang lumayan besar mencapai 180 juta rupiah yang digunakan untuk membangun kandang, pakan dan bibit ayam sejumlah 7500 ekor. Kini setelah sekian lama yang berproduksi hanya tersisa 800 ekor saja. Dari 800 ekor ayam yang dipeliharanya dalam setiap hari mampu menghasilkan kurang lebih kilogram telur 45 sampai dengan 34 kilogram.

Mengapa demikian saat puncak produksi mampu menghasilkan kurang lebih 45 kilogram setiap hari dan saat masa akhir seperti ini hanya mampu menghasilkan antara 30-34 kilogram. sehingga keuntungan yang dikantonginya setiap hari 300 ribu rupiah.

Menurut Sabat permintaan telur dipasaran sangat tinggi, dirinya saja hanya memenuhi permintaan diwilayah Kecamatan Kedungadem saja, apalagi disaat bulan Ramadhan seperti ini dirinya sampai kewalahan memenuhi permintaan pasar. Usaha budidaya ayam petelur ini dinilai sangat menjanjikan dan keuntungan jauh lebih besar.

Untuk ayam yang tidak produktif dijual sebagai ayam potong demikian juga untuk ayam jagonya. Untuk segi pakan selain menggunakan pakan konsentrat harus dipadukan dengan pakan lokal seperti jagung, ini selain meningkatkan kadar gizi juga menekan biaya pembelian pakan.  (Git/Dinkominfo)