Nyadran Sraturejo, Kenalkan Sejarah Desa Kepada Generasi Muda

-
09 Jun 2015
2.916 seen

bojonegorokab.go.id – Gelar Budaya dan adat di Desa Sraturejo Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, menjadi  kegiatan rutin yang diselenggarakan bertepatan dengan kegaiatan adat yaitu Manganan atau  Nyadran / Sedekah bumi di Desa Sraturejo yang  berlangsung meriah selama tiga hari tiga malam dimulai hari Senin - Selasa (8-9/6/2015).

 

Pantauan Berita bojonegorokab.go.id dihari pertama yaitu  Kirab Encek Nganten yang dilaksanakan warga Dusun Grenjeng,  mereka melakukan arak-arakan hasil bumi yang disusun dalam bentuk gunungan yang dimulai dari pesanggrahan petilasan Sumur Nganten menuju Balai Desa. Sesampainya di balai desa, rombongan nganten menjemput abdi desa atau perangkat desa yang berpakaian adat untuk kemudian diajak keliling desa.

 

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan kenduri syukuran hasil panen padi (manganan) di Petilasan Sumur Nganten.

 

"Ini sebagai bentuk syukur warga atas hasil bumi yang dinikmati selama ini," kata Kepala Dusun Grenjeng, Sunoko kepada Berita bojonegorokab.go.id, Selasa pagi (9/6/2015).

 

Konon, Petilasan Sumur Nganten ini merupakan makam pasangan suami istri Akuwu Basunanda dan Labda Sari semasa awal kerajaan Majapahit, atau pada saat pemberontakan kerajaan Kahuripan - Daha, Kediri - Singasari.

 

Menurut cerita, semasa memimpin kadipaten, pemerintahan Akuwu Basunanda digulingkan oleh patihnya, Jaya Singa. Akuwu bersama istrinya sempat ditahan dan Jaya Singa naik tahta.

 

Namun, karena Akuwu memiliki sifat yang baik, arif, dan bijaksana akhirnya dibebaskan rakyatnya. Sedangkan Jaya Singa tewas dalam pertempuran.

 

Sebelum kembali meduduki tahtanya, Akuwu Basunanda dan Labdasari, lebih dulu menyucikan dirinya dengan air di Sumur Nganten untuk menghilangkan sengkala.

 

"Sampai saat ini banyak pasangan pengantin yang datang kesitu untuk membasuh muka, tangan dan kaki menyucikan diri sebelum mengarungi bahtera rumah tangga," sambung Sekretaris Desa Sraturejo, Harianto Abdullah.

 

Di hari yang sama, nyadran dilanjutkan di pelataran Sendang Ratu di Dusun Sratu. Dalam kegiatan ini juga dilakukan kenduri syukuran hasil panen yang dihadiri warga. Kemudian acara diteruskan dengan pagelaran langen tayub pada siang hingga  malam hari.

 

Pada Selasa (9/6/2015), kegiatan manganan dilanjutkan di Petilasan Sumur Begandring di Dusun Jomblong. Di sini juga dilakukan kenduri syukuran hasil panen padi (manganan), warga berbondong-bondong membawa ambeng (berkat) untuk kemudian di makan bersama.

 

Sedangkan pada malam harinya dilanjutkan dengan pagelaran langen tayub. "Diharapkan dengan kegiatan ini semakin menumbuhkan keguyupan dan kegotong-royangan antar warga. Selain itu juga mengenalkan tentang budaya dan sejarah kepada genersi mendatang," pungkas Kepala Desa Sraturejo, Supriyadi.  (Mbang/Dinkominfo)