Atasi Kekeringan, Pemkab Bojonegoro Bangun 10 Embung Baru

Afifah
07 Aug 2021
1.922 seen

Bojonegorokab.go.id – Pemkab Bojonegoro membangun 10 embung baru sebagai upaya untuk mengantisipasi kekeringan. Tujuh embung diantaranya sudah selesai pengerjaannya 100 persen. Pemkab, melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sumber Daya Air (SDA) Bojonegoro juga melalukan normalisasi embung-embung yang sudah ada. 

Kepala Bidang (Kabid) Air Baku dan Irigasi DPU SDA Bojonegoro Bungku Susilowati mengatakan, dari target 16 lokasi dengan tampungan 175.000 m³, pengerjaan di 10 lokasi sudah tuntas 100 persen. Sementara dua lokasi lainnya sedang tahap pengerjaan. Sementara empat lokasi masih proses persiapan pengerjaan. 

“Namun dari 16 lokasi tadi, masih ada peluang untuk bertambah. 16 lokasi ini yang sudah kita verifikasi. Jika pengerjaan sudah tuntas, waktu masih memungkinkan sebelum masuk musim hujan, kita akan verifikasi lokasi lain untuk melakukan normalisasi dan pembangunan embung lagi,” katanya.

Embung yang sudah rampung 100 persen terbagi dua pengerjaan, yakni tujuh lokasi pembangunan embung dan tiga lokasi normalisasi embung. Untuk pembangunan embung baru, ada di Desa Bumiayu Kecamatan Baureno, Desa Tondomulo Kecamatan Kedungadem, Desa Sidobandung Kecamatan Balen, Desa Ngraseh Kecamatan Dander, Desa Purwosari Kecamatan Purwosari, Desa Bobol dan Desa Klino Kecamatan Sekar.

Sementara tiga lokasi normalisasi embung ada di Desa Purwosari Kecamatan Purwosari, Desa Pungpungan Kecamatan Kalitidu dan Desa Tondomulo Kecamatan Kedungadem. 

“Pembangunan embung baru Desa Sobontoro, Kecamatan Balen progres 50 persen. Sementara normalisasi embung Desa Purworejo, Kecamatan Padangan progres pengerjaan juga sudah 50 persen,” jelas Bungku.

Sedangkan empat lokasi proses persiapan ada di Desa Mojosari, Kecamatan Kepohbaru dan Desa Teleng, Kecamatan Sumberrejo untuk pembangunan embung baru. Sementara di Desa Kauman dan Desa Drajat Kecamatan Baureno untuk normalisasi embung. 

Keberadaan embung sendiri sebagai upaya memenuhi tujuan Bojonegoro sebagai lumbung pangan negeri. Sehingga embung harus mempunyai kriteria, antara lain lokasi secara elevasi berada di daerah cekungan yang cukup untuk menampung air dengan efek manfaat mampu mengairi sawah. Lalu lokasinya berada di daerah manfaat yang memerlukan air sehingga jaringan distribusinya pendek. Selain itu, lebih baik bila lokasi berada dekat dengan jalan. Serta berada dalam daerah dengan kemiringan 8 sampai 30 persen sehingga air limpasan hujan dapat masuk ke dalam embung. 

Mengenai status tanahnya, Bungku menjelaskan, embung yang ada berstatus tanah kas desa dan tanah Solo Valley. Hal ini sesuai saran Balai Besa Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo untuk memanfaatkan tanah Solo Valley menjadi embung. 

"Pembangunan embung di lahan-lahan Solo Valley merupakan wujud dukungan Pemkab kepada Pemerintah Pusat untuk merealisasikan Solo Valley Werken yang terhubung dengan Bendung Gerak Karangnongko," imbuhnya. 

Saat ini Bojonegoro melalui membangun 522 embung yang tersebar di 28 Kecamatan Bojonegoro. Adapun rinciannya, 141 embung tanah Solo Valley, 357 embung tanah kas desa, 18 embung tanah negara, 2 embung tanah Perhutani, dan 4 embung tanah asset Pemprov. [Aya/NN)