Rangkaian HJB Ke-346, Pj Bupati Bojonegoro dan Rombongan Ziarah ke Makam Adipati Haryo Matahun I
Bojonegorokab.go.id - Rangkaian acara Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-346 terus digelar. Pada Rabu (18/10/2023) sore, Pj Bupati Bojonegoro Adriyanto melakukan ziarah leluhur ke Adipati Haryo Matahun I, di Desa Ngraseh, Kecamatan Dander. Ziarah ini sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur, sekaligus menjaga nilai-nilai yang telah diajarkan.
Kepala Desa Ngraseh, Maftuhin menyambut baik kedatangan Pj Bupati Adrianto beserta rombongan. Baginya, ini merupakan sebuah kehormatan.
"Nama asli Adipati Haryo Matahun adalah Pangeran Sasongko atau Raden Songko. Beliau merupakan keturunan dari Raden Wijaya, penguasa Majapahit, dari darah Raden Patah, kerajaan Demak," ujar juru kunci makam, Mustain (64).
Komplek makam Adipati Haryo Matahun cukup baik dan terawat. Apalagi karena adanya pemugaran sejak 5 tahun terakhir. Kebersihan cungkup juga terjaga dan terlapisi kain berwarna putih. Sementara lantainya telah terlapisi keramik dan jalur masuknya juga terpasang paving.
Pria yang mengaku sejak kecil turut merawat makam tersebut menambahkan, haul dari Adipati Haryo Matahun, selalu diperingati bersamaan dengan malam satu suro. Dan pada acara tersebut banyak sekali peziarah yang datang.
Bagi para peziarah, dia menyarankan agar segala jenis jimat atau pusaka dilepaskan terlebih di luar. Hal ini menurut dia, untuk menjaga keselamatan peziarah sendiri. Jika pantangan ini dilanggar, lanjut dia, kesannya ingin adu kesaktian atau kanuragan.
Dia menambahkan Adipati Haryo Matahun gugur dalam peperangan melawan pasukan Madura dan Sampang di Badholeng, wilayah Sidayu (Gresik). Peperangan tersebut terjadi karena Cakraningrat dari Madura tidak menghadap kepada Susuhunan Pakubuwono II di Kartasura. Sebab itu Raden Adipati Haryo Matahun dan bala tentara Jipang dikerahkan untuk menggempur Madura. Karena penguasa Sidayu, yaitu Raden Tumenggung Secadiningrat adalah putra Cakraningrat dari Madura.
Gugurnya Raden Adipati Haryo Matahun terjadi pada hari Setu (Sabtu) Kliwon, tanggal 3, bulan Ruwah, tahun Jimakhir dalam Candra Sengkala gana (6) retu (6) obahing (6) jagad (1) atau tahun jawa “1666” (1735 M). Raden Tumenggung Kramawijaya, putra Adipati Haryo Matahun yang menjadi adipati ing Japan (sekitar Mojokerto), membawa Jenazah ayahnya tersebut ke wilayah Jipang. Akhirnya dimakamkan di Astana Majaranu, wilayah Bojanegara. (rul/nn)