Kedungsumber Tengah Tuntaskan ODF dan Plesterisasi

-
16 Dec 2015
28 dilihat

bojonegorokab.go.id – Desa-desa di Kabupaten Bojonegoro terus berupaya mensukseskan program gerakan desa sehat dan cerdas dengan memenuhi –indikator - indikator yang sudah ditentukan. Salah satuny stop bebas buang air besar di sembarang tempat (open defecation free/ODF).

Seperti yang dilaksanakan Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang. Desa dengan luas wilayah 1.401, 370 hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 3.430 jiwa ini, terus berupaya menuntaskan program ODF, meskipun di wilayah ini memiliki banyak kendala, namun Pemerintah Desa Kedungsumber tak patah arang.

Kepala Desa Kedungsumber, Sukardi mengungkapkan, sekarang dari 1085 kepala keluarga (KK) di wilayahnya, baru 582 KK yang sudah memiliki jamban atau tidak buang air besar sembarang tempat (BAB).

“Ada beberapa kendala yang kami hadapi,” kata Sukardi membuka perbincangan dengan bojonegorokab.go.id (15/12/2015).

Menurut dia, kendala yang dihadapi adalah kondisi geografis Desa Kedungsumber. Yakni berada dipinggiran hutan dan dialiri sungai yang cukup panjang.

“Dengan kondisi ini, masyarakat sejak dulu terbiasa buang air besar di sungai dan hutan. Untuk merubah kebiasaan ini perlu waktu,” kata Kardi.

Cara yang dilakukan adalah dengan gencar melakukan sosialisasi melalui sejumlah pertemuan tingkat RT dan komunitas di tingkat desa. Hal ini untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang penting dan manfaatnya buang air besar sembarang tempat.

“Kita rutin mensosialisasikan di jamaah tahil, yasinan, kumpulan ibu-ibu. Harapan kita kesadaran masyarakat bisa tumbuh,” tegas Kardi.

Pemdes Kedungsumber menargetkan pada 2016 mendatang terdapat 165 KK sudah ODF. Desa Kedungsumber sendiri memiliki empat dusun yang jarak antara satu dusun dengan dusun lainnya cukup jauh. Yakni Dusun Suguihan, Tretes, Kedungsumber, dan Kricak.

“Kita juga memprogramkan plesterisasi dan ODF dalam APBDes,” ucap Kardi.

Selain ODF, sekarang ini Kedungsumber juga menggalakkan program intensifikasi lahan pekarangan (INTAP) bersama PKK. Dalam program ini, lahan pekarangan warga ditanami tanaman yang menghasilkan seperti tanaman obat keluarga (Toga), lombok, terong, tomat, kangkung, kacang panjang, dan sejumlah tanaman lainnya.

“Di sini masih banyak tanah pekarangan yang dibiarkan kosong. Jadi dengan program ini harapan kita depan masyarakat memiliki tambahan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari,” pungkas Kardi.(dwi/kominfo)