Strategi Pejambon Penuhi Indikator GDSC

-
25 Jan 2016
32 dilihat

bojonegorokab.go.id - Desa Pejambon, Kecamatan Sumberrejo, melakukan percepatan menuju Desa Sehat dan Cerdas (GDSC) yang telah dicanangkan Pemkab Bojonegoro. Perlahan dan pasti semua indikator dalam gerakan itu telah dipenuhi. "Untuk mesukseskan gerakan ini kita telah membentuk tim percepatan dari berbagai elemen yang dituangkan dalam surat keputusan kepala desa," kata Kepala Desa Pejambon, Abdul Rokhman. Strategi lainnya adalah memberi bantuan kepada seluruh warga yang ada di masing-masing lingkungan RT agar melakukan musyawarah dalam penggalian gagasan yang disesuaikan dengan 20 indikator GDSC untuk dibawa ke musyawarah rencana pembangunan desa (Musrenbangdes). Kemudian menyediakan anggaran di APBDes sebanyak 70% dari jumlah untuk mendani program GDSC. "Kita juga melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam pelaksanaan program dan evaluasi rutin," tegas Rokhman. Indikator GDS yang dipenuhi pejambon adalah penuntasan open defecation free (ODF), sanitasi non ODF dengan program berkelanjutan saluran pembungan air limbah (SPAL) untuk lima tahun kedepan. Penanganan angka kematian ibu dan bayi, serta balita kurang gizi dengan membentuk kader. Program lantai rumah sehat bagi 202 rumah tak laya huni, reboisasi terhadap tanaman dan kerjabakti lingkungan. Kepesertaan jimanan kesehatan nasional melalui BPJS dan kepesertaan KB. "Sedangkan untuk indikator cerdas kita sudah melaksanakan wajib belajar 12 tahun baik di pendidikan formal maupun informal. Bahkan sekarang ini banyak generasi muda yang berpendidikan sampai perguruan tinggi," sambung Sekretaris Desa setempat, Sufyan. "Selain itu juga mendirikan taman bacaan masyarakat (TBM) dan Perpusdes tahun 2013," lanjut dia. Bidan Desa setempat, Ucik Puput Cahayani, menambahkan, untuk memberikan pelayanan khusus dalam menekan jumlah AKI dan AKB dengan melakukan deteksi dini. Hal ini di lakukan agar bidan dapat mengetahui masalah dan resiko yang mungkin di alami balita dan ibu hamil. Demi menekan AKI dan AKB pihak polindes juga rutin mengadakan posyandu dan kelas ibu hamil. “Kami membentuk beberapa kader untuk mendampingi ibu hamil beresiko tinggi dan KP Asi,” sambung Ucik. Menurut dia, target desa sehat bukan hanya di peruntunkan untuk menekan AKI dan AKB akan tetapi polindes juga rutin memantau anak-anak kekurangan gizi yang berada di garis merah dengan membentuk PIDI (Pojok gizi). "Pemenuhan gizi melalui PIDI dilakukan lebih maksimal di banding PMT," tandasnya.(Rik/Git/Kominfo)