Kontraktor Lokal Dilatih Prosedur Mengikuti Tender EMCL

-
19 Feb 2016
32 dilihat

bojonegorokab.go.id - Puluhan kontraktor dan koperasi di sekitar Lapangan Migas Banyu Urip Blok Cepu mengikuti lokakarya kontraktor lokal yang diselenggarakan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) di hotel Griya Dharma Kusuma Bojonegoro, Kamis (18/02/2016). “Bagi saya pelatihan seperti ini penting,” ungkap Muat, peserta asal kecamatan Kalitidu. Menurutnya, materi pengisian formulir penawaran dan penghitungan Tingkat Kandungan Komponen Dalam Negeri (TKDN) hal yang biasa bagi sebagian kontraktor. "Namun, masih banyak pengusaha-pengusaha baru di sekitar wilayah operasi migas Blok Cepu yang belum faham urusan administrasi seperti ini. Mau tidak mau, kita harus tahu dan bisa. Karena ini syarat wajib,” kata Muat. Dia menuturkan, perusahaan-perusahaan migas memiliki prosedur yang ketat dalam pengadaan. "Bahkan, tentang TKDN diatur dalam undang-undang dan peraturan pemerintah," ujarnya. Hal senada juga disampaikan Jaswadi, kontraktor asal Desa Ngraho Kecamatan Gayam. "Bekerja dengan perusahaan asing harus bersikap profesional. Kita dituntut untuk profesional. Tapi kan kita masih baru, harus diajari dan didampingi,” ucapnya. Dia berharap, pelatihan seperti bisa terus dilakukan agar multiplier effect dari proyek migas bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh pengusaha lokal. Dalam pelatihan tersebut, Merry Widawati dan Irvan Hutomo dari bagian pengadaan EMCL menyampaikan pemaparan tentang tata cara pengisian formulir penawaran di EMCL dan penghitungan TKDN. Juru bicara dan humas EMCL, Rexy Mawardijaya mengatakan, melalui lokakarya ini, kontraktor lokal Bojonegoro diharapkan lebih mudah dalam mengikuti proses pengadaan di EMCL. “Kegiatan yang ketujuh kalinya ini merupakan komitmen EMCL dalam mengembangkan pemasok lokal Bojonegoro,” ujarnya. Kata Rexy, pengembangan rantai pemasok yang dapat diandalkan dan berdaya saing dapat berkontribusi bagi efisiensi proyek dan operasi EMCL. Proyek Banyu Urip, imbuh Rexy, terus berusaha untuk memaksimalkan pemanfaatan muatan lokal. “Itulah alasannya mengapa kontraktor Engineering, Procurement and Construction (EPC) proyek ini terdiri dari lima perusahaan konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan Indonesia,” jelasnya. Dia menuturkan, pada masa puncak konstruksi, terdapat lebih dari 450 perusahaan nasional yang mendukung konsorsium tersebut sebagai subkontraktor. Lebih dari 85 persen subkontraktor tersebut berasal dari wilayah di sekitar proyek, termasuk Bojonegoro dan Tuban. Rexy menambahkan, EMCL bekerja sama, mendampingi kontraktor lokal, membantu mereka meningkatkan standar mereka, proses pengadaannya, dan menjaga baku mutu yang ketat. “Semua ini untuk membantu perusahaan tersebut agar dapat menangani proyek pada skala ini. Dan agar pengalaman proyek ini dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk mengerjakan proyek lainnya dengan lebih efisien,” papar dia. Rexy menjelaskan, lebih dari 150 perusahaan dan koperasi dari Bojonegoro mengikuti pelatihan pengenalan proses pengadaan. “Tujuannya untuk memberi wawasan pengetahuan pelaku usaha lokal mengenai standar pengadaan proyek dan cara untuk terlibat dalam proses penawaran,” pungkasnya.(Git/Kominfo)