Mansur, Pedagang Kelontong Hibahkan Tanahnya untuk Jembatan Padangan - Kasiman

-
10 May 2016
59 dilihat

bojonegorokab.go.id - Seorang laki-laki paruh baya berusia 40 tahun ini bernama Mansur, dia merupakan pedagang kelontong di daerah Kasiman. Dengan berjualan inilah ia bisa menghidupi keluarganya. Namun bukan hanya itu, laki-laki ini merupakan salah satu warga Kasiman yang amat antusias dalam menyambut pembangunan jembatan yang menghubungkan antara Kasiman dan Padangan. Sehingga ia menghibahkan tanahnya seluas 380 meter demi untuk mewujudkan impian warga Kasiman. Mansur pria lulusan SMP Kedewan tahun 1993 ini sangat bersahaja seulas senyum senantiasa tergambar dari wajahnya. Mansur menuturkan bahwa tanah yang dihibahkan ini adalah tanah milik keluarganya Almarhum Mbah Asfan , kemudian diwariskan kepada orang tuanya Bapak Mukhari. Kini digenerasi ketiga dari enam bersaudara ini tengah benar-benar ingin mewujudkan mimpi para warga Kasiman dan Padangan untuk memiliki sebuah jembatan. Bagi Mansur dan seluruh warga jembatan ini adalah mimpi yang sudah 17 tahun tak kunjung menampakkan hasil. Mansur menerawang bagaimana cerita pembangunan jembatan ini didengarnya sejak ia masih remaja. Kala itu warga begitu bahagia akhirnya jembatan akan dibangun di daerah mereka. Namun seiring waktu harapan itu terpendam seiring bergantinya kepemimpinan di Bojonegoro. Tahun 2005 lalu ada kabar selentingan bahwa jembatan akan kembali dibangun, namun sekali lagi mereka harus menelan pil pahit bahwa mimpi itu kembali lenyap.Yang menyesakkan adalah jembatan justru dibangun diwilayah timur. Lalu saat ada kabar pembangunan jembatan untuk kesekian kali, masyarakat memilih untuk tak peduli. Bagi mereka kabar tersebut hanya isapan jempol belaka. Demikian batin yang berkecamuk di sebagian besar benak warga Kasiman beberapa tahun lalu. Keacuhan itu akhirnya sedikit tergantikan saat alat-alat berat mulai melakukan aktifitas di lokasi tersebut, dan telah di ukur di beberapa sudut untuk menjadi lokasi tiang pancang dan jembatan. Mansur menegaskan kebahagian itu diwujudkan oleh warga dengan menggelar tumpengan . Saat itu ketika positif dibangun banyak warga yang syukuran dan tumpengan di lokasi yang direncanakan sebagai titik jembatan. Mimpi itu sebentar lagi akan menjadi realita. Dari sinilah, keluarga besar Almarhum Mbah Asfan dan Bapak Mukhairi akhirnya memutuskan untuk menghibahkan 380 meter tanah mereka yang di bantaran sungai Bengawan Solo. Menurut Mansur hibah ini adalah sebagai bentuk rasa syukur yang luar biasa kepada Allah SWT dan Pemkab Bojonegoro yang pada akhirnya merealisasikan pembangunan jembatan yang mengabungkan Kecamatan Kasiman dan Padangan. Rasanya tak salah jika dirinya bersama lima saudaranya memutuskan untuk menghibahkan. Melihat bangunan jembatan menyesakkan hati, bukan karena sedih namun haru yang luar biasa. Karena jembatan ini diharapkan akan mengantarkan kemasa depan yang gemilang, menggerakan sendi perekonomian warga serta menjadi penopang baru untuk menjadikan daerah-daerah terisolir menjadi daerah yang sejajar dengan daerah daerah lain di Bojonegoro. (Rik/Kominfo)