Strategi Bojonegoro Mengubah Keterbatasan Menjadi Berkah

-
26 May 2016
19 dilihat

bojonegorokab.go.id - Sejarah Bojonegoro sebagai daerah miskin dan langganan banjir tak membuat Bojonegoro kehilangan ruh dan terpuruk, namun sebaliknya dari kondisi yang memprihatinkan menjadikan Bojonegoro bekerja keras membangun dengan segala daya bersama semua lini. Jika melihat Bojonegoro merupakan daerah dengan basis pertanian namun 44 persen wilayahnya adalah hutan jati dalam wilayah perhutani. Sejarah kelam Bojonegoro tak hanya itu Bojonegoro adalah daerah langganan banjir dan sejarah kemiskinan terhebat juga terjadi di Bojonegoro pada masa kolonialisme Belanda seperti yang diungkapkan Panders dalam bukunya Endemic Poverty. Daerah yang dimaksud Panders adalah Bojonegoro. Selain itu Bojonegoro juga daerah yang sering mengalami kekeringan. Dari fakta fakta tersebut bisa di katakan bahwa Selalu saja sejarah membuktikan keterbatasanlah yang melahirkan karya besar, sementara keberlimpahan cenderung meninabobokkan. Demikian diantara paparan Kang Yoto dihadapan peserta sidang regional Dewan Ketahanan Pangan Tahun 2016 wilayah tengah yang digelar di Ballroom Hotel Arya Duta Palembang, Kamis (26/5) siang ini. Syarat dan rukun untuk menjadi miskin terpenuhi di Bojonegoro,18 kabupaten kota mencurahkan airnya juga bermuara di Bojonegoro, ironisnya adalah musim kemarau kekurangan air. "Namun Bojonegoro juga mempunyai peluang yakni sumber daya air mencapai 717.887.000 meter kubik, lahan pertanian 78.000 hektar, 44 persen wilayah jati," katanya. Menurut Kang Yoto, Salah satu terobosan Bojonegoro adalah membagikan bibit jambu merah gratis kepada seluruh penduduk. Saat ini 400 ribu merah sudah ditanam dari target 1 juta pohon untuk perbaikan gizi, tanaman lain yang dikembangkan adalah tanaman buah belimbing menjadi sentra agrobisnis. "Pertumbuhan ekonomi Bojonegoro dengan migas tahun 2015 mencapai 19,87 persen meningkat signifikan dibanding tahun 2014," ungkapnya. Dia menambahkan, di Bojonegoro ada enam setan yang meliputi segenap penduduknya disegala lini hal yakni Setan takut, setan gosip, iri melihat orang sukses, takut berproses dan setan meminta. "Infrastruktur kita juga dalam keadaan yang memprihatinkan, di masa kedua Bojonegoro mengukuhkan lumbung pangan dan energi negeri," paparnya. Ekonomi ditransformasikan pada pertumbuhan ekonomi dan jasa. Namun pertanian dan peternakan tetap menjadi prioritas di Bojonegoro, dengan kondisi topografi pemberdayaan berbasis rakyat dengan memanfaatkan lahan yang terbatas dengan tanaman produktif. Membangun pertanian Bojonegoro ini juga melalui 11 intervensi melalui instruksi Bupati. Kebijakan dalam bidang peternakan. Saat ini di Bojonegoro, lanjut Bupati, juga melakukan revolusi dimana air banjir Bojonegoro menjadi berkah. "Salah sektor industri di Bojonegoro yang saat ini adalah satu satunya di Bojonegoro ada produksi minuman dengan teknologi tinggi. Dengan dikombinasikan gula stevia dan sarang burung walet sebagai minuman yang kaya manfaat," tandasnya. Bupati dengan tegas menyampaikan bahwa kejujuran itu adalah modal penting. Salah satunya adalah pada saat pembuatan RDKK harus riil dengan kondisi lingkungan. Salah satunya bagaimana masalah pupuk di Bojonegoro dan kebutuhan air disampaikan dengan apa adanya. "Rayakanlah keterbatasan dengan imaginasi, dan nikmatilah dengan berkarya!," tegas Kang Yoto. Pemimpin itu mereka yang bersama kita merumuskan mimpi menjadi visi, mengubah kepahitan masa lalu menjadi kearifan dan energi hidup. "Lalu memastikan hari ini kita mampu saling melengkapi karya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sesama," pungkasnya. (***)