bojonegorokab.go.id - Dia bupati yang sarat prestasi. Berbagai terobosan jitu ia lakukan dalam membangun dan mengelola Kabupaten Bojonegoro. Hasilnya cukup mencengangkan. Melalui tangan kreatif dan solutifnya, ia mampu mengakhiri ‘kutukan’ Bojonegoro sebagai daerah tertinggal, miskin, berkalang hutang, intoleran dan langganan banjir. Segala cerita miring tentang Bojonegoro pun berbalik menjadi kisah manis, bahkan kini menjadi daerah percontohan dunia. Dan, sudah 100 lebih penghargaan yang ia terima. Berikut sejumlah torehan prestasi mencolok yang berhasil diukir Suyoto atau yang akrab disapa Kang Yoto, baik di kancah nasional maupun internasional:
*Menekuk Kemiskinan*
Pada tahun 2007, akibat dari pengelolaan pembangunan yang kurang tepat dari pemerintahan sebelumnya, Bojonegoro memiliki hutang kepada pihak ketiga sebesar Rp350 miliar, sementara APBD hanya Rp850 miliar. Tak pelak, pada tahun 2008, Bojonegoro pun menjadi kabupaten paling miskin di Jawa Timur. Di tangan Kang Yoto, kini Bojonegoro berhasil melunasi hutangnya, bahkan menjadi salah satu pemegang saham Bank Jatim, juga memiliki kepesertaan modal di Bank UMKM Jawa Timur dan BPR Bojonegoro. Dalam kurun delapan tahun, kemiskinan di Bojonegoro turun hingga 50 persen. Menurut World Bank, Bojonegoro masuk 10 kabupaten di Jawa Timur dengan kemampuan tercepat dalam mengurangi kemiskinan.
*Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di Dunia*
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro mengukir capaian fantastis. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro tertinggi di Indonesia bahkan dunia yaitu mencapai 19,4 persen, mengalahkan Tiongkok yang hanya 7 persen. Tingkat kesenjangannya pun rendah, hanya 0,24 persen.
*Produksi Pangan Meningkat*
Kemampuan produksi pangan di Bojonegoro terus meningkat, salah satunya adalah gabah. Tahun 2015, rakyat Bojonegoro mampu memproduksi 907.000 ton gabah, meningkat dibanding tahun sebelumnya. Lebih dari 500.000 ton dikontribusikan ke daerah lain.
*Energi Berlimpah*
Tahun ini, Blok minyak Cepu lapangan Banyuurip mencapai puncak produksinya, yaitu sebanyak 170 ribu barrel perhari. Dan dimungkinkan bisa mencapai hingga 205 ribu barrel perhari di masa mendatang. Jika ditambah dengan produksi lapangan lain di Bojonegoro, maka total produksi minyak dari Bojonegoro mencapai hampir 25 persen produksi minyak dalam negeri.
*Dana Abadi untuk Masa Depan*
Bojonegoro mendadak kaya raya setelah memiliki lapangan minyak dan gas. Dengan potensi itu, Bojonegoro memperoleh kenaikan pendapatan dari dana bagi hasil (DBH) minyak ditambah bagian hasil bisnis, participating interest (PI). Tak mau terjebak pada mental pesta untuk memburu kesenangan sesaat tapi kemudian nestapa berkelanjutan, Kang Yoto menginvestasikan pendapatan daerah tersebut pada sektor perbankan dalam jumlah besar. Selain itu, Kang Yoto juga membentuk Dana Abadi. Tujuannya, mengantisipasi apabila DBH yang diperoleh Bojonegoro tak lagi cukup untuk membiayai pembangunan atau potensi migas di Bojonegoro sudah habis. Dana Abadi ini difokuskan hanya untuk pembangunan kualitas manusia.
*Pengelola Bencana Terbaik*
Kesiapan SOP Penanganan Banjir "Living harmony with Flood". Posisi geografis Bojonegoro yang menjadi aliran Bengawan Solo, dan sejarah geologis Bojonegoro yang 30 juta tahun lalu adalah laut, membuat daerah ini rawan bencana banjir dan kekeringan. Dulu banjir identik dengan kepanikan dan kerugian. Kini air Bengawan Solo membuat produksi padi, ikan, blimbing dan jambu meningkat. Tahun 2014, Bojonegoro dinyatakan BNPB sebagai pengelola bencana terbaik nasional.
*Toleransi dan Kota Ramah HAM*
Dalam kontek asal usul dan pluralitas, Bojonegoro boleh disebut the origin of Java dan the real Indonesia. Tentu saja dengan sekian potensi konflik sosial, radikalisme dan keinginan saling mendominasi. Di bawah kepemimpinan Kang Yoto, fragmentasi kultur, politik dan etnik bisa diharmoniskan. Kini, seluruh elemen rakyat Bojonegoro kini terbukti Ramah HAM. Kang Yoto yang mampu merajut dan berdiri di atas semua perbedaan itu pun akhirnya dijuliki ‘Bupati Toleran’. Gaya kepemimpinan Kang Yoto di Bojonegoro telah menjadi salah satu laboratorium dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat (AS), yang sedang mencari pola-pola baru bagaimana suatu keberagaman dapat diperdamaikan sehingga menghasilkan sebuah kebersamaan. Harmoni Kekuatan Politik Kang Yoto dinilai begitu piawai menjaga harmonisasi antar kekuatan politik, baik dengan DPRD setempat, partai politik maupun rakyat. Untuk menjaga hubungan tersebut Kang Yoto menggunakan komunikasi santun dengan prinsip saling menghormati. Hubungan dengan legislatif relatif sangat mulus walau Kang Yoto berasal dari partai pendukung (Partai Amanat Nasional) yang hanya memiliki 6 kursi dari total 50 kursi anggota DPRD Bojonegoro. Penetapan anggaran, penyusunan regulasi dan sebagainya berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini karena komunikasi yang baik dan sama-sama menyadari antar kedua belah pihak.
*Revolusi Mental*
Sejak 2008, dalam bidang pendidikan, Bojonegoro mencanangkan ujian jujur. Gerakan ini hanyalah bagian dari upaya mengikis mentalitas Bojonegoro yang tidak produktif untuk diganti dengan mentalitas yang lebih produktif melalui pelatihan Al-Fatiha Codes. Ada enam mentalitas tidak produktif yang telah lama hidup di sana. Kang Yoto mengistilahkannya ‘enam setan’, yaitu: takut kesulitan, tidak bertanggungjawab, enggan berproses, dengki atas sukses orang lain, percaya menggunjing sebagai kebenaran, dan mental peminta. Oleh Kang Yoto, enam setan ini pun dihilangkan dan diganti diganti dengan enam mentalitas yang produktif. “Kami percaya sila dari Pancasila akan tumbuh subur manakala revolusi mental sukses dijalankan,” ucapnya. Pembangunan Partisipatif Model pembangunan yang dilakukan Kang Yoto begitu komprehansif. Langkah awal yang dia lakukan adalah membangun mental rakyat Bojonegoro. Prinsip gotong royong, tenggang rasa, saling menghormati ditanamkan begitu erat. Ketika prinsip-prinsip tersebut terpatri di dalam diri rakyat Bojonegoro, maka secara sukarela mereka bekerja saling bahu-membahu, bersama-sama membangun daerahnya. Bahkan warga rela menghibahkan ratusan meter tanahnya untuk digunakan sebagai jalan.
*Desa Wisata Migas*
Kang Yoto membuat gebrakan baru di dunia pariwisata dengan membuat Desa Wisata Migas. Terletak di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Bojonegoro. Menjadi desa wisata migas, mungkin satu-satunya di Indonesia bahkan di dunia. Di sana menyajikan banyak hal, salah satunya, energi terbarukan yakni ada panas bumi, jika diolah menjadi geotermal. Saking kayanya potensi energi, siswa SD di Bojonegoro diberi mata pelajaran dasar tentang geoheritage. Menangkal Korupsi Bojonegoro menjadi salah satu daerah yang juga terjangkit penyakit korupsi. Untuk mengatasi bahaya laten ini, Kang Yoto memiliki cara unik. Dia menerapkan pola pemerintahan yang lebih menekankan adanya tranparansi anggaran kepada masyarakat. Transparansi tersebut, salah satunya, ia lakukan tiap Hari Jumat yang berlokasi di Pendopo alun-alun Bojonegoro dari mulai pukul 13.00-15.00 WIB. Selain sebagai sarana menjalin silaturrahim dengan warga, moment tersebut juga bermanfaat untuk mendengarkan aspirasi masyarakat Bojonegoro dan melaporkan pertanggungjawaban kinerja Kang Yoto kepada masyarakat. Jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Indonesia, Bojonegoro merupakan kabupaten yang open datanya terbanyak. Karena pemkab mengimplementasikan apa yang disebut ‘Lapor’ dan juga mengimplementasikan ‘sms center’ untuk rakyat. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat tahu apa yang dilakukan oleh pemerintah. Dananya untuk apa, untuk siapa dan habis berapa.
*Akrab Teknologi*
Sejumlah penghargaan di bidang IT berhasil diraih Bojonegoro. Salah satunya, website resmi pemerintah kabupaten Bojonegoro dinobatkan sebagai juara pertama “Kabupaten-Kota (Kabta) Web Awards” 2015. Prestasi lainnya adalah terkait PPID, dimana Komisi Informasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan penghargaan terhadap pejabat pemerintah kabupaten dan kota, atas implementasi Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik dalam PPID Award 2015.
*Menyulap Sampah Jadi Berkah*
Di mana pun, sampah adalah masalah. Tapi tak demikian halnya dengan sampah di Bojonegoro. Di wilayah itu, sampah dapat diubah menjadi sumber berkah tak ternilai. Pemkab Bojonegoro berinovasi menyulap sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi, yakni menjadi bahan bakar alternatif. TPA Bojonegoro mampu menghasilkan BBM solar yang digunakan untuk bahan bakar operasional TPA. Dari 22 kilogram sampah plastik dapat dihasilkan 10 liter solar. Selain itu, sampah juga dimanfaatkan menjadi gas alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi bagi 40 kepala keluarga di sekitar TPA.
*Inovasi dan Perbaikan Infrastruktur*
Pembangunan infrastruktur, khususnya jalan desa, menjadi salah satu kesuksesan Pemkab Bojonegoro. Selama ini jalan-jalan di Bojonegoro menggunakan aspal dan cenderung rusak disebabkan oleh kontur tanahnya yang termasuk labil atau mudah goyah. Akibatnya pembangunan ekonomi menjadi terhambat karena biaya yang cenderung besar yang selalu dikeluarkan untuk biaya perbaikan jalan. Namun Kang Yoto melakukan terobosan dengan menggunakan paving blok sebagai alternatif pengganti aspal. Selain menghemat biaya APBD yang dikeluarkan dan tidak mudah rusak, penerapan paving blok juga menciptakan industri lokal baru paving dan menciptakan lapangan kerja baru di Bojonegoro. Saat ini semua wilayah pedesaan telah terhubung dengan jalan paving yang sangat bagus, transportasi semakin lancar, perputaran roda ekonomi pun semakin meningkat.
*Gerakan Desa Sehat dan Cerdas (GDSC)*
Soal kesehatan bukan hanya soal berobat dengan fasilitas kartu BPJS dan semacamnya. Untuk melindungi kesehatan rakyatnya, Kang Yoto mencanangkan sejumlah program gerakan sehat yang dimulai dari kesadaran dan perilaku sehat warganya sendiri. Rakyat diajak membiasakan buang air besar pada tempatnya melalui program Open Defecation Free (ODF). Didukung dengan Gerakan Desa Sehat dan Cerdas (GDSC). Di mana di dalamnya terdapat indikator terukur di bidang kesehatan dan aspek kecerdasan masyarakat, termasuk terkait ODF, kesehatan lingkungan, kematian ibu (maternal mortality rate), kematian bayi (infant mortality rate), tingkat pendidikan masyarakat, pengelolaan manajemen pemerintahan desa dan lain-lain.
*Sustainable Development Goals (SDGs)*
Pada 22 Maret 2016 lalu, Bojonegoro baru saja mencanangkan tekad melaksanakan SDGs. Sebuah tujuan pembangunan yang berkomitmen mewujudkan kehidupan bersama tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, tanpa ketidak adilan dan kesenjangan, pembangunan ekonomi tanpa mengorbankan keseimbangan dengan lingkungan sosial dan alam. Open Government Partnership (OGP) Bojonegoro terpilih menjadi pilot project atau percontohan pemerintah daerah terbuka (open government partnership) mewakili Indonesia. Atas capaian ini, Bojonegoro disejajarkan dengan Paris (Paris), Madrid (Spanyol) dan 13 kota besar di dunia dari 45 kota yang mendaftar pada ajang ini. Bersama Kota Seoul (Korea Selatan) dan Kota Tbilisi (Georgia), Bojonegoro adalah percontohan pemerintah daerah pertama di Asia. Diundang ke Berbagai Forum Internasional Prestasinya memimpin Bojonegoro membuat Kang Yoto diundang ke berbagai forum internasional untuk berbagi resep menata kota. Di antaranya Dialoque on the Extractive Sector and Sustainable Development-Enhancing Public-Private Cooperation inthe Context of the Post-2015 di Brasil; Global Presencing Forum in Cambridge MA-USA di Boston; International Integral Space Conference, New Meanings In Busines Becoming Genuine Rusia di Russia; Konferensi Walikota Sedunia mengenai Climate Change dan Permasalahan Terkait di Vatican; The Next Step Innovation for Good Governance : Moving the dialoque forward from potential to impact di Afrika Selatan; dan Key Note Speech OGP Asia meyakinkan generasi muda untuk berbuat lebih baikbahwa dari Bojonegoro kita bisa berkontribusi buat Negara, Bangsa dan Dunia. (***)