bojonegorokab.go.id - Perhutani KPH Bojonegoro menggelar sarasehan dan temu wicara Program Kegiatan PAT (Peningkatan Indeks Pertanaman) Kedelai APBN-P 2016, di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Sabtu (15/10). Kegiatan tersebut, dihadiri oleh Sekjen Kementan RI Dr Ir. Maman Suherman, Kepala Divisi Regional Jawa Timur Ir. Andy Purwadi,MM, Bupati Bojonegoro Suyoto, dan jajaran Forpimda Bojonegoro.
Dalam acara tersebut juga dilakukan penyerahan bibit kedelai gratis kepada LMDH di wilayah kecamatan Ngasem. Kepala Divisi regional (Divre) Perhutani Jatim Andy Purwadi, mengatakan pihaknya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya kegiatan seperti ini.
“Untuk tanaman kedelai yang ditanam di lahan Perhutani di KPH Bojonegoro pada bulan Oktober ini seluas 700 hektar dan pada Bulan Pebruari mencapai 4.900 hektar. Sehingga total tanamaan kedelai untuk Se-Jawa Timur seluas 45 ribu hektar,” ujarnya.
Sementara itu Sekjen Kementan RI Maman Suherman menegaskan, pihak Pemerintah Pusat melalui Program Kegiatan PAT Kedelai melalui APBN-P tahun 2016 hendak mengembangkan kedelai dengan tujuan untuk kemandirian pangan di Indonesia.
"Untuk mewujudkan tekad Pemerintah itu, kita kembangkan lahan Perhutani untuk tanam kedelai dan jagung. Sehingga pemerintah membagikan bibit jagung dan kedelai secara gratis kepada para petani maupun LMDH di Seluruh Indonesia termasuk di wilayah KPH Perhutani Bojonegoro ini,” tegasnya.
Dia berharap d dari hasil kedelai dan jagung yang ditanam oleh para petani itu bisa meningkatkan penghasilan petani penggarap lahan hutan, sehingga menuju ke petani yang sejahtera. “Mudah-mudahan, hasil dari kedelai dan jagung bisa meningkatkan kesejahteraan petani, jika perlu dari hasil kedelai dan jagung tersebut, maka para petani bisa menjalankan ibadah Umroh,” imbuhnya.
Sedangkan Bupati Bojonegoro Suyoto, dalam sambutanya menyampaikan tentang sejarah hutan di Bojonegoro semenjak era reformasi dengan ludesnya hutan jati di wilayah Kabupaten Bojonegoro, termasuk kayu jati yang berada di wilayah hutan KPH Bojonegoro.
“Kalau era reformasi masyarakat menjarah atau menebang hutan hingga tak tersisa. Kini, masyarakat menanggung buah dari perbuatannya itu dengan adanya kekurangan sumber air dan banjir bandang yang kerap terjadi akhir-akhir ini. Untuk itu, saatnya, kini berfikir untuk ‘melek’ hutan dengan mengambil manfaat dari hutan melalui tanaman tumpang sari kedelai dan jagung atau tanaman lain yang produktif dan bukan menebang kayu jatinya,” tegas Kang Yoto. (Git/Kominfo)