bojonegorokab.go.id - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dengan menggandeng Bojonegoro Institute dan Natural Resource Governance Institute menggelar lokakarya dalam rangka perencanaan Perda dana abadi migas. Acara ini dihadiri beberapa perwakilan SKPD, Akademisi perguruan tinggi, Pebisnis, Ormas dan jurnalis, di productive room gedung baru Pemkab, Selasa (13/12).
Pertemuan ini di gagas untuk menampung seluruh aspirasi terkait dana abadi. Mengingat, upaya ini sudah di rencanakan sejak beberapa tahun lalu. Dan banyak menuai pro kontra dari kalangan dalam maupun luar.
"Forum ini diharapkan mampu menghasilkan suatu kebijakan yang mana bisa membantu DPRD dalam memutuskan raperda dana abadi," ungkap Syaiful Huda, moderator dari BI.
Dalam forum ini bukan bicara masalah setuju ataupun tidak, tapi berbicara tentang kondisi Bojonegoro 20-30 tahun kedepan. Program dana abadi ini merupakan upaya penyisihan DBH untuk investasi jangka panjang, utamanya bidang pendidikan dan kesehatan. Dan hampir 58 Negara di dunia telah melaksanakan program tersebut.
Salah satu peserta diskusi dari akademisi, Rektor Unsuri Bojonegoro mengungkapkan pengalamannya yang sempat hijrah ke negara tetangga Malaysia untuk kurun waktu yang cukup lama. Ia mengatakan bahwa Malaysia juga menerapkan dana abadi, melalui dana bagi hasil jama'ah Haji. Dan program tersebut cukup berhasil karena mendapat respon positiv dari masyarakatnya.
Sedang, menurut Nur Sujito Kepala Bagian Pembangunan, industri migas bisa habis. Dan dampak yang di timbulkan dari adanya pengoperasian migas ini cukup fatal. "Oleh sebab itu, mulai saat ini kita harus berfikir jangka panjang, program berkelanjutan. Yang berguna bagi anak cucu kita, sehingga mereka tetap bisa merasakan berkah migas," katanya.
Sebab, dana abadi ini setelah 30 tahun kedepan, hanya bunga yang akan di manfaatkan. Untuk simpanan pokok masih utuh. Sementara itu Bupati Bojonegoro Suyoto dalam kesempatan itu mengatakan, dana abadi adalah masalah sistem kepercayaan.
"Jika kita percaya pada agama yang kita anut maka kita akan melakukan apa yang menjadi perintah dan kewajiban," tandasnya.
Dijelaskan jika kita berfikir nasib pendidikan, kesehatan dalam kurun waktu 30tahun kedepan, tanpa adanya persiapan. Maka semua akan jauh dari apa yang kita perkirakan, sebab migas tidak bisa diperbarui.
"Migas bisa habis, dan harga jual selama produksi tidak bisa stabil. Oleh karena itu, jika tidak di persiapkan dengan matang maka kasian anak cucu kita. Hanya membaca sejarah pernah kaya, tapi ia tak bisa merasakan berkahnya," imbuh Kang Yoto sapaan akrab Bupati Bojonegoro.
Dia menambahkan bahwa manfaaat yang bisa di rasa secara berkelanjutan, merupakan salah satu bentuk kesuksesan. Dana abadi migas digagas untuk menyelamatkan lintas generasi. Melawan ideologi industrialistic, lebih mendorong industri pedesaan.
Adanya program dana abadi migas ialah sebagai sarana pembangunan berkelanjutan agar pendidikan Bojonegoro bisa merata, seluruh masyarakat bisa di jangkau layanan kesehatan. Yang mana rezim layanan bukan menjadi jaminan, sebab negara tetangga bisa berjaya karena punya unsur finansial dalam layanan kesehatannya. (Rik/Kominfo)