bojonegorokab.go.id - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah berhasil membangun 56 embung baru di 16 Kecamatan dengan daya tampung mencapai 359.646 meter kubik air pada tahun 2016 lalu. Sehingga jumlah embung yang sudah dibangun di Bojonegoro mencapai 456 embung yang tersebar diseluruh wilayah. Hal ini sebagaimana surat Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air melalui suratnya Nomor 050/025/412.204/2017 tertanggal 5 Januari 2017. Kepala PU Sumber Daya Air, Edy Susanto menjelaskan dalam suratnya dijelaskan bahwa ditahun 2016 ini setidaknya ada 56 titik embung baru di 16 Kecamatan dengan rincian di Kecamatan Sumberejo sebanyak 1 buah dengan volume 15.250 meter kubik, Kecamatan Ngasem 1 buah dengan volumen 3.947 meter kubik. Kecamatan Kepohbaru terdapat 13 embung baru yang mampu menampung 126.540 meter kubik air. Kecamatan Sekar terdapat 6 embung baru dengan daya tampung 17.502 meter kubik, Kecamatan temayang 2 buah dengan daya tampung 4.800 meter kubik. Sedangkan embung di wilayah Kecamatan Kanor di tahun 2016 ini di 6 lokasi dengan daya tampung 34.187 meter kubik. 8 titik baru di Kecamatan Kedungadem dengan daya tampung 50.892 meter kubik dan 3 embung di Kecamatan Ngraho dengan volumen 13.580 meter kubik. Adapun untuk wilayah Kecamatan Baureno embung baru di 3 titik dengan volume 14.522 meter kubik. 4 embung baru di Kecamatan Sugihwaras dengan volume 19.928 meter kubik. Kecamatan Dander terdapat 2 titik embung baru dengan volumen 8.482 meter kubik. Sementara itu untuk wilayah Kecamatan Balen, Kalitidu dan Purwosari masing-masing 1 embung baru. Sehingga ditahun 2016 ini terdapat 56 embung baru dengan daya tamung 2359.646 meter kubik. Menurut Edy Susanto, embung ini dibangun ada yang ditanah solo valley dan tanah kas desa dimanfaatkan utamanya untuk penyediaan atau tampungan air, meningkatkan resapan air tanah, mengurangi resiko banjir, meningkatkan produktifitas tanam. "Disisi lain pembangunan embung ini diharapkan akan menimbulkan multi player efek seperti sektor perikanan, pariwiata dan perdagangan serta meningkatkan pendapatan petani di lahan tadah hujan sekaligus mengaktifkan tenaga kerja tani," katanya. Masih ditahun 2016 ini, pihaknya juga sudah melakukan normalisasi kali di 53 titik kali maupun sungau di diwilayah Bojonegoro meliputi perbaikan tanggul dan mormalisasi kali dan afvour sepanjang 63,61 kilo meter dengan normalisasi ini dalam upaya mengendalikan banjir bandang, mengendalikan banjir luapan sungai bengawan solo, mengendalikan back water pada anak-anak sungai Bengawan Solo, memperlancar aliran sungai sekaligus mengambalikan kembali fungsi sungai/kali/afvour. Masih kata Edy Susanto, normalisasi kali merupakan upaya mengembalikan dimensi penampang sungai/kalo/afvour dengan menggali sedimentasi yang terjadi sehingga kali/sungai menjadi lebih dalam dan aliran sungai menjadi lancar. Adapaun untuk tahun 2017 ini prioritas normalisasi kali pada tahun 2017 meliputi sudetan kali sugihan di Desa Kedungsumber Kecamatan Temayang, Kali mekuris Desa Piyak, Desa Kabalan, Simbatan dan Pesen di Kecamatan Kanor dan Desa Bogangin Kecamatan Sumberejo. "Normalisasi kali Kerjo Desa Baureno, Bumirejo, Woro dan Nglumber Kecamatan Kepohbaru. Kali Ingas Desa Kadungrejo,Karangdayu, Pucangarum Kecamatan Baureno, desa Kedungprimpen dan Desa Temu Kecamatan Kanor. Terakhir adalah daerah potensi banjir bandang di beberapa Kecamatan antara lain Kecamatan temayang, Gondang, Kedewan dan Malo," jelasnya. (Git/Kominfo)