Hadapi Tantangan Abad 21, Bojonegoro Datangkan Praktisi Pendidikan Finlandia

-
20 Jan 2017
1.265 dilihat

bojonegorokab.go.id - Dalam rangka meningkatkan kompetensi tenaga pendidik di Bojonegoro dalam era globalisasi, Dinas Pendidikan menggelar seminar pendidikan bertajuk menghadapi tantangan abad ke 21 Pembelajaran Kelas Dunia Suksesstori dari Finlandia. Acara yang berlangsung di Ruang Angling Dharma Kantor Pemkab Bojonegoro ini menghadirkan beberapa narasumber antara lain Mr Allan Scahneitz , Mr Jussi Hurmula dan Mr Tarmo Teikkanen. Bertindak selaku keynote spekaer Bupati Bojonegoro, Suyoto. Kepala Dinas Pendidikan Bojonegoro, Hanafi menyampaikan, seminar pendidikan ini sangat penting untuk masa depan pendidikan di masa depan. Peserta dari seminar ini adalah seluruh kepaala sekolah dan pengawas pendidikan baik dari Dinas Pendidikan maupun Kementerian Agama Bojonegoro dan beberapa stakeholder. Sementara itu, Bupati Suyoto mengaku bangga kepada Mizan yang telah memfasilitasi terselanggaranya acara ini. Karena para pembicara telah melakukan perjalanan yang sedemikian jauh dari Finlandia. Yang lebih membanggakan lagi, kata Suyoto, Allan mengenakan batik Jonegoro . "Mengapa kita di sini, karena ini adalah tanggungjawab membangun sebuah jembatan untuk menuju arah masa depan yang baik bagi generasi muda Bojonegoro. Kita harus mereformasi. Kita percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan kesuksesan bagi generasi mendatang," kata Kang Yoto-sapaan akrab Bupati Suyoto. Namun menurut Kang Yoto, yang penting adalah bagaimana sistem pendidikan dibangun. Belajar dari sistem pendidikan di Finlandia Bojonegoro akan belajar bersama dari keberhasilan pendidikan. Khususnya adalah membangun generasi baru . Meski Allan masih muda namun pengalaman pendidikan jauh lebih banyak. "Saya menyesal, seharusnya saya bertemu Allan beberapa tahun lalu," ucap Suyoto. Dengan sistem pendidikan yang akan dipelajari ini, Bojonegoro berusaha membangun pendidikan yang lebih baik. "Selamat datang di Kabupaten Bojonegoro kepada para praktisi pendidikan di Bojonegoro, di kabupaten yang ramah ini," pungkas Kang Yoto. Di tempat yang sama, Mr Jussi Hurmula menyampaikan, Finladia dibangun karena pendidikan. Dahulu masyarakat Finlandi tidak demikian percaya dengan pendidikan. Kerja terberat adalah bagaimana menyadarkan masyarakat tentang pendidikan. "Dari pengalaman saya membangun pendidikan di sekitar tempat tinggaln membuahkan suatu hal bagus dimana pemerintah Finlandia akhirnya menunjuk saya untuk mengubah sistem pendidikan menjadi komunitas pembelajaran yang melibatkan seluruh komponen sekolah mulai guru, siswa dan orang tua untuk mensukseskan sistem pembelajaran tanpa memandang batas waktu dan tempat," kata dia bercerita. Menurut dia, membangun life journey memberikan kesempatan kepada siapapun untuk belajar. Jussi mencontohkan, sistem pembelajaran yang dibangun dengan memberikan contoh langsung tak hanya teori namun bagaimana mereka belajar melakukan secara langsung. "Saat saya bersama istri membuat rak sepatu kemudian ilmu kiami bagi. Dengan komunitas pembelajaran ini maka ilmu bisa ditransformasikan oleh anggota komunitas. Jadi bahkan tak masalah manakala seorang profesorpun harus belajar pada seorang pengrajin sepatu," ujarnya. Kompilasi antara kearifan lokal dan sistem pendidikan yang baru dengan melibatkan teknologi digital. Jussi menyampaikan bahwa sekolah di eropa juga bermasalah dengan pendidikan budaya mereka. Karenanya mereka menggabungkan pendidikan budaya untk dipelajari bersama. Sistem pendidikan tak hanya di jenjang formal namun bagaimana mengaktulisasikan kearifan lokal dalam membangun sistem pendidikan dengan dipadukan dengan kecanggihan teknologi. "Oleh karenanya kita harus memanfaatkan era digitalisasi ini sebagai bagian dari transfornmasi pendidikan," tegasnya. Tarmo Toikennen ahli Psikoligi Pendidikan Finlandia menuturkan, dirinya selama ini melakukan penelitian dan kajian bagaimana mengukur prestasi sekolah di dunia. Tahun 2001 Finlandia adalah sistem pendidikan terbaik didunia dan ini berlanjut di tahun 2014, negara ini kembali mendapatkan prestasi yang sama yakni penyelenggara pendidikan terbaik didunia. Dari tahun 1970 mereka sudah membangun perencanaan bagaimana membangun sistem pendidikan yang baik di Finlandia. Beberapa negara belajar bagaimana pendidikan skill dan cara berpikir yang dibangun Finlandia khususnya dalam merancang pendidikan. "Yang menarik adalah pendidikan adalah melibatkan segenap komponen, pemerintah membuka kesempatan yang seluas luasnya bagi masyarakat untuk terlibat membangun pendidikan. Hal ini hampir sama dengan OGP yang dibangun di Bojonegoro. Jadi orang tua harus berperan aktif dalam mensuskeskan pendidikan anak tak hanya menyerahkan pada sekolah semata," sambungnya. Tarmo optimis Indonesia bisa menciptakan sistem. pendidikan yang bagus dengan sistem pendidikan yang kolaboratif dengan semua komponen. Allan S menyampaikan, dirinya adalah seorang guru yang telah berkeliling di beberapa dunia untuk menemukan formula sistem pendidikan yang baik. Sistem pendidikan di Finlandia mengedepankan 4 C yakni komunikas( Communication), kolaborasi( Collaboration ), berpikir kristis ( Critical Thinking ) dan keempat adalah kreatifitas ( Creativity ).