Bojonegoro Sudah Tidak masuk 10 Besar Kabupaten Termiskin

-
05 Jun 2017
1.510 dilihat

bojonegorokab.go.id - Sebagai daerah yang pernah menyandang predikat daerah miskin endemis sejak jaman penjajahan Belanda ( berdasarkan riset venders), Kabupaten Bojonegoro, terus bergerak maju. Bahkan kemajuan Bojonegoro lebih cepat dibanding kabupaten/kota lain.

Hal itu terbukti dengan Bojonegoro berhasil keluar dari urutan 10 kabupaten/kota dengan angka kemiskinan tertinggi. Bojonegoro sekarang ini berada di peringkat 11.

Sedangkan 10 besar kabupaten/kota di Jatim dengan angka kemiskinan tertinggi adalah pertama diduduki Kabupaten Sampang, Bangkalan, Probolinggo, Sumenep, Tuban, Pamekasan, Pacitan,  Ngawi, Bondowoso, dan di peringkat 10 adalah Kabupaten Lamongan. 

"Jika tidak salah inilah  untuk pertama kali dalam sejarahnya, berdasarkan urutan prosentasenya Bojonegoro keluar dari 10 kabupaten kota termiskin di Jatim," kata mantan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Bojonegoro, Rahmad Junaidi.

Bojonegoro Keluar dari zona sepuluh besar termiskin di Jatim ini merupakan prestasi luar biasa. Karena hasil sumber daya alam (SDA) berupa minyak dan gas bumi (Migas) baru dirasakan Bojonegoro sekitar tahun 2010 untuk Blok Tuban. Sedangkan hasil minyak Blok Cepu baru dirasakan Bojonegoro mulai tahun 2013. 

Namun dengan pengelolaan anggaran yang baik dan terencana mampu mengubah Bojonegoro yang dulunya daerah termiskin nomor 1 menjadi nomer 11 sekarang ini.

"Untuk mencapai ini bukan semudah membalik telapak tangan. Karena mengukur kemiskinan ada 14 indilator. Yang bisa mengukur angka kemiskinan yang diakui adalah Badan Pusat Statistik atau (BPS). Sehingga apapun data BPS kita wajib mengikuti walaupun kenyataan di lapangan," jelas pria yang pernah tiga tahun menjadi anggota TKPKD ini. 

Rahmad Junaidi menjelaskan, apa yang dicapai Bojonegoro sekarang ini melebihi kabupaten/kota lain di Jatim. Karena Bojonegoro memulainya di bawah nol, sedangkan kabupaten/kota lain di atas nol.

"Andai start dan kecepatan berlari, daerah lain start udah mulai dari angka di atas nol, dengan kecepatan 40 km/jam pun akan tetap di depan. Sedngkan Bojonegoro mulai dari di bawah nol. Saat sekarang ini Bojonegoro telah berlari degan strategi yang tepat telah mencapai kecepatan 80 km/ jam bahkan 100 km/jam," kata mantan Sekretaris Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bojonegoro yang sekarang ini menjabat Sekretaris Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Bojonegoro ini memberikan ilustrasi. 

Menurut dia, cara membandingkan keberhasilan dalam menangani kemiskinan bukan dilihat pada urutannya, melainkan bagaimana strategi dan percepatannya. 

"Sesuai catatan World Bank Bojonegoro tercepat dalam strategi capaiannya," tandasnya. 

Sejumlah strategi yang dilaksanakan Bojonegoro untuk mengurangi kemiskinan di wilayahnya diantaranya melalui program gerakan desa sehat dan cerdas (GDSC), menarik investor untuk membangun usaha padat karya di pedesaan dengan kemudahan perizinan, infrastruktur penunjang, tenaga terampil, serta transparansi anggaran mulai tingkat organisasi perangkat desa (OPD) hingga pedesaan.(dwi/kominfo)