Bupati Akan Keluarkan Perbup Tak Ada Batasan Usia Sekolah Bagi Disabilitas

-
01 Aug 2017
19 seen

Bojonegorokab.go.id – Bupati Bojonegoro, Suyoto memberikan bantuan kepada anak-anak penyandang disabilitas di Hotel Aston, Selasa (1/8/2017). Acara yang diselenggarakan oleh Pertamina Foundations ini dibentuk pada tahun 2015 dan mulai memberikan bantuan kepada anak penyandang disabilitas mulai tahun 2016.

Dewan Pengurus Pertamina Foundation, Wahid Achsanul Budaery menjelaskan sejumlah kegiatan yang telah dilaksanakan mulai dari peningkatan kapasitas guru anak berkebutuhan khusus, dan program beasiswa pertamina peduli anak disabilitas.

“Ini sebagai bentuk upaya  Pertamina dalam mencerdaskan anak bangsa,” tegasnya. 

Kegiatan yang dilaksanakan ini berasal dari dana corporate social responsibility (CSR) Pertamina yang disalurkan untuk bidang Pendidikan. 
“Karena sesuai amanat UU, setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak tanpa memandang apakah anak tersebut penyandang disabilitas atau tidak. Ini sebagai bentuk dari kita bahwa pertamina concern kepada dunia pendidikan di Indonesia,” jelasnya. 

Beasiswa pertamina peduli anak disabilitas ini dirancang untuk bantuan pendidikan bagi para putera-puteri sekolah dasar yang memiliki kebutuhan khusus  yang kurang mampu dan terpilih. Jumlah anak yang terpilih untuk mendapatkan beasiswa ini sebanyak 25 anak yang terdiri dari 22 anak SD dan 3 SMP. 

Selain memberikan beasiswa, Pertamina Foundantion juga mendatangkan psikolog dan juga praktisi anak berkebutuhan khusus untuk meningkatkan kapasistas guru anak berkebutuhan khusus. 

“Tujuannya untuk memberikan pelatihan kepada guru dan meningkatkan kemampuan guru dalam hal mengajar anak berkebutuhan khusus,” pungkasnya.

Dewi Ragilia Utami, salah satu anak penyandang disabilitas yang memperoleh bantuan menyampaikan keinginannya untuk segera dioperasi karena sebenarnya penyakit yang dideritanya bisa sembuh dengan operasi. 

Dalam kesempatan itu Dewi juga berharap agar Bupati Bojonegoro membantu agar segera bisa dioperasi dan bersama teman-teman disabilitas lainnya bisa bersekolah di sekolah yang diinginkan. 

“Saya minta Kang Yoto bisa membantu kami agar bisa masuk sekolah negeri karena karena batasan umur. Sekarang ini usia saya sudah 16 tahun. Kami tidak masuk sekolah bukan karena nakal atau malas, tapi karena kita sakit yang menyebabkan kita tidak bisa masuk sekolah. Kita sangat ingin sekolah, sangat ingin menimba ilmu yang lebih tinggi agar kita tidak dipandang sebelah mata lagi oleh masyarakat,” kata Dewi.

Menanggapi hal itu, bupati yang akrab disapa Kang Yoto itu langsung memerintahkan kepada Dinas Pendidikan untuk membuat peraturan bupati (Perbub) tentang tidak ada batasan usia bagi anak disabilitas untuk sekolah. 

“Sebenarnya setiap anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang lain. Sebenarnya kita pelan-pelan akan mengalami disabilitas, pendengaran mulai menurun, penglihatan kabur,” ujar Kang Yoto. 

Karena itu Kang Yoto berpesan jangan pernah memandang sebelah mata kepada anak disabilitas karena suatu saat mereka bisa lebih hebat dari manusia normal. 

Mungkin nanti para penyandang disabilitas ini bisa menemukan cara mengobati penyakit kanker, bisa menjadi “musisi yang hebat. Seperti halnya Stephen William Hawking seorang fisikawan yang menemukan teori lubang hitam (black hole) dia menderita motor neuron dimana penderita mulai kehilangan penggunaan  lengan, kaki, dan suaranya. Ada juga Ludwig Van Beethoven seorang musisi dan composer besar dalam sejarah musik, tidak banyak yang tau kalau Beethoven menderita kehilangan pendengaran. Meskipun dia mengidap penyakit tuli namun dia bisa menghasilkan karya-karya terbaik dalam sejarah music,” turur Kang Yoto memberikan contoh.

Kang Yoto berpesan agar anak-anak harus mulai dididik dimana dia nanti tinggal, dengan siapa dia tinggal, dan bagaimana cara dia agar bisa bertahan hidup. Karena itu mereka harus diajarkan sembilan keterampilan hidup diantaranya terampil niat hidup, terampil berkarya, terampil berkomunikasi, terampil berpikir kritis reflektif, terampil dan bisa bekerjasama/berkolaborasi.

Kemudian Keenam kreatif dan inovatif, terampil dalam berkemampuan meraih hidup bahagia, terampil hidup sehat, terampil hidup dalam kebencanaan. 

“Boleh saja kita mengajarkan anak-anak kita untuk memiliki cita-cita yang tinggi, tapi juga harus bisa memberikan atau mengajarkan hal baru lainnya kepada anak kita. Karena anak-anak kita harus bisa mengahadapi segala kemungkinan kedepannya nanti,” pungkas Kang Yoto.(dwi/kominfo)