Watimpres : Pendidikan Harus Ajarkan Keberagaman

-
03 Aug 2017
10 dilihat

bojonegorokab.go.id - Pendidikan harus mengajarkan keberagaman, agama dan norma, sehingga melahirkan generasi yang saling menghargai dan tidak saling membenci yang berbeda dengan mereka.

Demikian disampaikan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Prof. Dr. A. Malik Fadjar, MM, saat rapet bersama Bupati Bojonegoro Suyoto bersama jajaranya, dan Polres Bojonegoro di Sinergy Room Lantai 7 Pemkab Bojonegoro, Kamis (3/8/2017). 

Malik Fadjar menegaskan pendidikan bukan hanya tanggungjawab pemerintah, namun juga tanggungjawab bersama, baik masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan tokoh masyarakat. 

"Sehingga dengan pendidikan yang bagus maka mutu dan kualitas anak didik kita juga akan meningkat," tandasnya.

Selain itu faktor kesehatan dan kebersihan juga sangat penting. Menurut dia, kesehatan juga bisa dikatakan sebagi alat ukur untuk menilai daerah tersebut bagus dalam pembangunannya. 

“Dengan kebersihan dan kesehatan dapat menunjukkan semakin besar kesadaran masyarakat di daerah tersebut. Seperti melalui dasa wisma yang selalu mengajak masyarakat untuk hidup bersih dan sehat,” pesannya.

Sementara itu, Bupati Bojonegoro, Jawa Timur, Suyoto, menyampaikan, kondisi Bojonegoro saat ini berbeda dengan dulu. Pada tahun 2000, Bojonegoro berada urutan nomor 1 daerah termiskin di Jawa Timur, dan sekarang sudah bisa berada pada nomor11.

"Kita berhasil keluar dari 10 besar ini semua berkat kerja keras kita semua, tidak hanya pemerintah saja," ujar Kang Yoto, sapaan akrab Bupati Suyoto.

Untuk mengubah itu, semua pihak berjuang dengan waktu yang cukup lama. Yakni mulai membangun sumber daya manusia (SDM) dari pendidikan, kesehatan, dan keterampilan.

Kang Yoto menegaskan Pemerintah Kabupaten berkomitmen untuk kemajuan pendidikan di Bojonegoro. Yakni dengan memberikan bantuan kepada anak-anak sekolah, serta pengawasannya serahkan kepada kepala desa, lurah, dan juga camat. 

“Sehingga, apabila nanti ada yang sudah dapat bantuan pendidikan tapi tidak sekolah bisa langsung ketahuan, ujar Kang Yoto. 

Selain itu ada juga bantuan pelatihan kepada lulusan SMA/SMK dan sederajat untuk dapat memiliki keterampilan untuk menghadapi dunia kerja mereka sudah memiliki bekal yang cukup.  Sehingga kemampuan anak Bojonegoro bisa bersaing dengan lulusan perguruan tinggi. 

“Seharusnya anak kita tidak perlu untuk ditanya cita-cita. Yang perlu kita tanyakan adalah di mana dia akan hidup dan dengan cara apa. Dengan begiti mereka nanti akan bisa mengira-ngira apa yang harus dilakukan,” tandas Kang Yoto. 

Karena itu Bojonegoro membuat sembilan keterampilan hidup yang diajarkan sejak PAUD. Sehingga anak-anak bisa memiliki ketrampilan yang memadahi. 

"Selain itu kita lewat Dawis selalu mengajak masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Karena dengan kebersihan dan kesehatan maka kita akan bisa hidup bahagia," pungkas Kang Yoto.(dwi/kominfo)