bojonegorokab.go.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro telah membentuk 11 desa tangguh bencana (Destana) di sejumlah kecamatan di bantaran Sungai Bengawan Solo. Rencananya, pembentukan Destana ini tidak hanya di desa di bantaran Bengawan Solo, meliankan di 430 desa yang tersebar di 28 Kecamatan, secara bertahap. Sebelas Destana yang sudah terbentuk adalah Desa Piyak, Kabalan, Cangakan, Sarangan, Kedungprimpen, dan Gedongarum yang semuanya ikut Kecamatan kanor. Kemudian Desa Kalisari, Kecamatan Baurno, Desa Tulungagung Kecamatan Malo, Desa Bogo Kecamatan Kapas, serta Desa Mojo dan Pilangsari, Kecamatan Kalitidu. "Desatana yang terbentuk ini berasal dari anggaran APBD dan APBN. Untuk APBD tahun 2018 ini ada tiga desa yakni Piyak, Kabalan dan Cangakan," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro, Eko Siswanto, di ruang kerjanya, Senin (9/4/2018). Dijelaskan, setiap Desatana membentuk kelompok kerja (Pokja) yang terdiri dari 30 orang yang berasal dari elemen masyarakat mulai perangkat desa, BPD, Bidan Desa, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, guru TK/MI, dan relawan. Pokja tersebut, lanjut Pak Eko, sapaan akrab Eko Siswanto, dibagi dalam kelompok pra dan pascabenca. Untuk pra bencana terdiri dari kelompok tim reaksi cepat (TRC), evakuasi, keamanan, dapur umum, dan trauma healing. Sedangkan untuk kelompok kesehatan bertugas pada saat dan pasaca bencana. Semua kelompok itu telah diberi pelatihan tentang bagaimana cara menghadapi dan mengatasi bencana. "Pokja ini telah di SK-kan olah masing-masing desa, agar bisa dianggarkan dalam APBDes," tegas Pak Eko. Ditambahkan, tujuan dibentuknya Destana ini agar masyarakat memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi menghadapi ancaman bencana, dan memulihkan diri dari dampak bencana yang merugikan.(dwi/kominfo)