42 Sukerto Ikuti Ruwatan Massal Di Kayangan Api

-
11 Sep 2018
382 dilihat

bojonegorokab.go.id - Sebanyak 42 peserta mengikuti ruwatan massal yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Bojonegoro di Pendopo objek wisata Kayangan Api, Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem Selasa (11/ 09/2018). Selain para peserta, prosesi ruwatan massal ini juga dihadiri sejumlah pejabat Pemkab salah satunya Asisten I Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Djoko Lukito. Prosesi ruwatan ini diawali dengan acara sungkeman kepada masing-masing keluarga yang menjadi peserta sukerto. Yang dila wayang murwokolo dengan dalang Ki Saeomo Sabdo Carito Dari Kecamatan Ngasem. Seusai gelaran wayang dilanjutkan pembacaan ritual, pemotongan rambut, basuh muka, penarikan kupat luar. Yang mengandung arti bahwa ini membebaskan peserta dari bala, kesialan dan lain sebagainya. Salah seorang peserta ruwatan Seger asal Kecamatan Kasiman menjelaskan bahwa dirinya bersama keluarga mengikuti ruwatan karena anak keduanya lahir pada hari Selasa Kliwon. Menurut orang tuanya bahwa Tiron Selasa Kliwon itu termasuk weton atau kelahiran yang keramat karena hari yang keramat. "Dengan mengikuti Ruwatan ini sang anak akan jauh dari marabahaya atau sengkolo," tutur Seger. Kebanyakan dari keluarga yang mengikuti Ruwatan ini adalah sebagai bentuk usaha agar keluarga mereka selamat, jauh dari bahaya dan senantiasa diberikan pertolongan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sementara itu dengan mengikuti massal yang diadakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini biaya lebih murah, per keluarga Rp. 400 ribu dan untuk per orang yang mengikuti Ruwatan dikenakan biaya hanya Rp50 ribu. "Ini jauh lebih ekonomis dibanding menggelar Ruwatan sendiri," imbuh Seger. Asisten I Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Djoko Lukito menjelaskan bahwa kegiatan ini diharapkan menjadi salah satu agenda wisata yang akan meningkatkan geliat sektor wisata di Bojonegoro. "Budaya dibeberapa daerah dikembangkan menjadi salah satu daya tarik kunjungan baik wisatawan,lokasl, domestik maupun mancanegara dengan kemasan etnik dan original budaya atau kearifan lokal," katanya. (Git/Kominfo)