Belajar Dari Internet, Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Gayam Berhasil Budidaya Jamur Bonggol Jagung

-
06 Apr 2019
269 seen

bojonegorokab.go.id - Kemajuan teknologi khususnya internet, telah melahirkan inspirasi. Dari belajar di dunia maya, seorang ibu rumah tangga di Desa Begadon, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, berhasil memanfaatkan bonggol jagung menjadi jamur. Perempuan itu bernama Heti Susanti. Sudah hampir dua bulan ini, warga RT 02 RW 01Desa Begadon, memproduksi jamur bonggol jagung. Usaha tersebut dilakukan tanpa meninggalkan kewajibannya menjadi ibu rumah tangga. "Bikinnya mudah. Tidak ganggu ngurus rumah tangga," kata Heti membuka perbincangan, Sabtu (6/4/2019) di rumahnya. Untuk membuatnya, pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan bonggol jagung. Limbah pertanian- yang biasanya di buang begitu saja- diratakan di atas terpal plastik, dan kemudian ditaburi katul (dedak ) dan urea. Selanjutnya diberi ragi-fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi- yang sudah dimasukkan dalam air dan kemudian disiramkan. Proses terakhir bonggol jagung ditutup rapat dengan terpal sekitar 10 hari. "Setelah itu dibuka jamur sudah tumbuh dan bisa dipanen," tutur wanita berusia 27 tahun itu. Heti mengaku belajar budidaya jamur bonggol jagung dari youtube. Saat itu masa panen jagung di desanya. Ia melihat bonggol jagung dibuang begitu saja menjadi limbah. "Awalnya iseng. Ingin bikin lauk buat keluarga," kenangnya. Namun seiring berjalannya waktu ternyata banyak tetangga sekitar rumah yang berminat. Kemudian Heti memperbanyak produksi jamur bonggol jagung. Apalagi bahan bakunya cukup mudah di dapat dari lingkungan sekitar. Heti sekarang ini mampu menjual jamur bonggol jagung sebanyak 2 Kilogram (Kg) sampai 3 Kg setiap hari. Tergantung baik tidaknya pertumbuhan jamur. Masa panen jamur bonggol jagung bisa sampai 20 hari. Setiap tiga karung bonggol jagung bisa menghasilkan jamur 2 Kilogram (Kg). Satu kilogram jamur bonggol jagung dijual dengan harga Rp.30.000. "Lumayan bisa menambah penghasilan keluarga," ucap Ibu satu anak itu. Rasa jamur bonggol jagung tidak jauh beda dengan jamur sekam padi. Empuk-tidak alot-seperti jamur lainnya. Banyak warga sekitar yang datang untuk membeli lagi. "Enak rasanya. Kalau saya cocoknya dioseng atau dibothok," sambung Umi, warga saat membeli jamur bonggol jagung. Untuk melayani tetangga sekitar, Heti mengaku kwalahan karena masih terbatasnya tenaga. Tapi tidak jarang produksi jamurnya diborong salah satu warga di Kecamatan Kalitidu untuk dijual lagi. Heni berharap kedepan bisa mengembangkan usahanya. Bukan sekadar memproduksi jamur bonggol jagung, tapi bisa mengolahnya menjadi ekonomi produktif seperti camilan. Sehingga dapat membuka peluang kerja bagi warga sekitar. "Semoga ada yang mau bantu pelatihan, peralatan dan modal agar usaha bisa berkembang dan memberikan manfaat bagi warga sekitar," pungkasnya. (Dwi/Kominfo)