bojonegorokab.go.id – Mintorowati, dulunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Setiap harinya wanita yang tinggal di Jalan Kolonel Sugiono, Kelurahan Sumbang, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro, itu lebih banyak bersantai setelah pekerjaan rumahnya selesai.
Namun, waktu santai itu sekarang ini tak banyak lagi dinikmati oleh Mintorowati. Dia kini banyak menerima tawaran untuk melatih kerajinan tangan (handicraft) ibu-ibu PKK di desa-desa. Kerajinan ini banyak diminati kaum perempuan karena dapat menjadi tambahan sumber penghasilan keluarga.
Dengan kain flannel, Mimin – sapaan akrabnya, bisa mengolahnya menjadi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat. Seperti gantungan kunci, magnet kulkas, bros, tempelan kaca, penghias tempat tisu, penghias toples, dompet, mainan anak balita, dan masih banyak yang lainnya.
Kerajinan ini dapat dilakukan kaum perempuan di sela-sela kesibukannya mengurus rumah tangga. Karena untuk membuat kerajinan ini tak membutuhkan keahlihan khusus.
“Awalnya saya hanya ingin memanfaatkan waktu luang. Saya belajar untuk membuat handicraft dari kain flannel mulai tahun 2006,” kata Mimin membuka perbincangan dengan bojonegorokab.go.id usai menjadi nara sumber diskusi Koordinator Jaringan Informasi (JIM) binaan Lembaga Informasi dan Komunikasi Masyarakat Banyuurip Bangkit (LIMA 2B) di Balai Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Rabu (26/8/2015).
Dari ketekunannya, Mimin berhasil mengembangkan kreatifitasnya untuk membuat beraneka jenis handicraft dari kain flannel. Namun hasil produksi perdanya itu tidak langsung dia jual. Melainkan dikumpulkan dan terus diperbanyak.
Setelah stok kerajinannya lumayan banyak, Mimin mulai memasarkannya. Pertam kali produk itu dia titipkan di toko-toko sekitar rumahnya, dan promosi melalui teman-temannya. Hasilnya, barang hasil kerajinannya banyak diminati masyarakat.
“Dari modal Rp50 ribu, bisa berkembang menjadi Rp100 ribu. Kemudian uang itu saya belanjakan lagi untuk membeli kain flannel dan memproduksi lebih banyak lagi,” ucap Mimin.
Setelah mampu memproduksi lebih banyak lagi, Mimin mencoba untuk menawarkannya ke swalayan di Bojonegoro. Hasil kerajinannya diterima, dengan catatan dia harus mampu memproduksi lebih banyak dari yang sudah dihasilkan.
“Saat itu kalau harus memproduksi banyak berarti saya harus memiliki karyawan. Sedangkan modal yang saya punya pas-pasan, mau pinjam bank belum berani. Akhirnya saya putuskan menolak tawaran itu,” kenangnya.
Meski dengan keterbatasan modal, tak membuat Mimin patah arang. Dia tetap menekuni usaha kecilnya. Mimin terus memproduksi handicraft dan mengumpulkannya kemudian menitipkan ke toko-toko aksesoris. Hasil kerajinannya laris manis.
Keuntungan dari penjualan itu dia kumpulkan dan terus menambah produksinya. Hingga akhirnya Mimin memberanikan diri untuk membuka toko sendiri di Pertokoan Polwil, Jalan Panglima Sudirman. Butik itu diberi nama “My Felt Handicraft”.
Dari sinilah Mimin mulai gencar melakukan promosi. Baik melalui relasinya, maupun sosial media. Dia juga mulai menularkan ilmunya kepada ibu-ibu di sekitar rumahnya dan menjadikannya mereka sebagai tenaga borong untuk membantu memproduksi handicraft.
“Untuk memenuhi pesanan saya tidak kesulitan, karena sekarang banyak ibu-ibu yang bisa membuatnya,” kata wanita kelahiran 1974 silam ini.
Kerajinan dari kain flanel inipun menjadi ladang bisnis Mimin. Dia mengaku, pernah mendapat pesanan pembungkus tisu sebanyak 1500 buah. Bahkan sejumlah pesanan melalui sosial media terus mengalir.
Ketekunan dan kreatifitas Mimin pun berbuah hasil. Dari modal yang hanya Rp50 ribu itu, sekarang ini dia mampu meraup omset Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per bulannya. Bahkan dari usahanya itu Wakil Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Bojonegoro ini telah memiliki 12 kios mini di dalam dan luar Bojonegoro untuk mengembangkan usahanya.
Tak hanya itu, Mimin juga banyak menerima tawaran untuk memberikan pelatihan kepada ibu-ibu secara perorangan maupun kelompok, dan pelajar. Bahkan sebuah perusahaan pabrik plastik juga memintanya untuk memberikan pelatihan handicraft flannel kepada para istri karyawan.(dwi/kominfo)