Cerita di Balik Nama Gajah Bolong. Kini Jadi Jari Taman di Baureno

-
22 Mar 2021
437 dilihat

Bojonegorokab.go.id - Nama gajah bolong yang kini menjadi nama taman di Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro punya sisi cerita unik. Nama gajah bolong tak bisa dipisahkan dari patung gajah yang ada di halaman rumah di Dusun Mongkrong, Desa/Kecamatan Baureno. 

 

Patung gajah berada di halaman rumah almarhum bapak H.M. Soedjono, tepatnya terletak di barat perempatan seberang kantor kecamatan Baureno.

 

Saat dikonfirmasi, Ifeny Sandra Yunanis cucu dari H.M. Soedjono menuturkan asal muasal sebutan gajah bolong tersebut bahwa rumah yang terletak di barat perempatan seberang kecamatan Baureno, sebelum dibeli oleh Mbah Jono (Sudjono) rumah itu milik orang Cina yang bernama Mbah Jun Yok.

 

Rumah itu dibangun sekitar tahun 1930, salah satu tukangnya bernama Singo Mardi, beliau ayah dari Mbah Jono.

 

"Dulunya rumah itu dibangun dengan dinding bagian dalam dilapisi porselen dari Cina dan di depan ada patung gajah,” ungkapnya.

 

Sementara itu, masih dalam penjelasannya Ifeny mengatakan bahwa pada masa agresi militer Belanda ll, Belanda masuk sampai daerah Babat. APemilik rumah pulang ke Surabaya kemudian rumah tersebut dijadikan markas tentara. Termasuk Mbah Jono yang saat itu ikut berjuang melawan Belanda.

 

"Agar Belanda tidak merebut rumah itu, maka rumah yang induk dan bagian timur dibakar pada saat itu,” jelasnya.

 

Ia juga menjelaskan, ketika masa agresi berakhir rumah itu dijarah oleh masyarakat sekitar untuk mengambil porselen yang ada di dinding rumah . Tidak ketinggalan juga patung gajah yang terletak di depan rumah, juga dipecah karena dikira ada perhiasan di dalam perut gajah, sehingga patung gajah menjadi berlubang atau Bolong. 

 

Kemudian pada tahun1960, Mbah Jono membeli rumah tersebut dan direnovasi termasuk menambal patung gajah yang perutnya berlubang, kemudian ditempati sekitar tahun 1962.

 

Ia juga menambahkan, sehakperistiwa perut gajah yang berlubang itulah, orang-orang masyarakat setelah berpergian naik kendaraan umum, dari arah timur atau barat kalau mau turun di perempatan Mongkrong Baureno selalu menyebut turun di Gajah bolong, meskipun patung gajah sudah tidak bolong lagi.

 

"Itu cerita asli dari kakek saya Almarhum Bapak H.M. Soedjono yang diceritakan kepada putra ketiga beliau, paman saya Dr.H. Munawan dan diceritakan kepada saya Ifeny Sandra Yunanis,” pungkasnya.(FIF/NN)