bojonegorokab.go.id – Ider-ider (uluk salam) akan mengawali perhelatan Festival Bengawan Bojonegoro dalam rangka Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke 338. Ider-ider dilaksanakan untuk meminta keselamatan dan kelancaran pelaksanaan kegiatan.
“Akan kita laksanakan Kamis 17 September atau malam Jum’at Kliwon. Istilahnya kulonuwun kepada penunggu bengawan,” kata Ki Adam Majintan, para normal yang akan memimpin ritual ider-ider.
Ada beberapa ritual yang akan dilakukan dalam ider-ider ini. Yakni dimulai dari tumpengan di Bendung Gerak yang dihadiri sesepuh Desa Padang dan tokoh agama. Tumpengan ini tidak memakai lauk pauk berupa ikan, melainkan sayur-sayuran dan jajan pasar.
Selain itu menyan jawa, kembang setaman, dan misik. Sesaji ini akan dibawa dalam rombongan perahu mulai dari Bendung Gerak sampai TBS.
Ada empat perahu yang akan melakukan ider-ider. Perahu pertama ditumpangi oleh Ki Adam Majintan yang merupakan keturunan Gunung Tengger, Pasuruan, Jatim, sambil membakar menyan dan menaburkan bunga setaman.
“Untuk ritual ini hanya diperbolehkan bagi kaum laki-laki. Sedangkan perempuan tidak kita perbolehkan ikut sebab bisa jadi kondisi mereka masih kotor karena dalam sebulan mereka ada masa menstruasi,” tegas Ki Adam.
Perahu kedua akan membawa rombongan pejabat teras Pemkab Bojonegoro di antaranya Kepala Dinas Pendidikan, Hanafi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbupar), Amir Syahid, Asisten II, Yayan Rahman.
Dalam ider-ider ini akan diiringi dengan tembang macapat. Salah satunya Kidung yang sering dinyanyikan Sunan Kalijaga.
Setelah sampai di TBS, rombongan akan berjalan kaki sambil membawa lampu ‘telplok’ menuju Kantor Dibudpar berjarak sekira dua kilo meter.
“Ini untuk membangkitkan kembali budaya asli warga Bojonegoro yang sudah lama hilang. Ider-ider ini dulu dilakukan warga sebelum mulai menanam padi di sawahnya,” sambung Sub Seksi Festival Bengawan Bojonegoro, Imam WS.
“Kita harapkan nantinya budaya ini menjadi salah satu ikon budaya Bojonegoro,” lanjut dia.(dwi/kominfo)