“Tujuannya untuk mengingatkan dan menjaga tradisi. Yakni pada masa keemasan jati Bojonegoro,” kata Suyanto, Kabid Pengembangan dan Pelestarian Budaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro saat menjelaskan tujuan prosesi Boyong Jati Kayu Projo yang termasuk dalam salah satu rangkaian kemeriahan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke 338.
Boyong Jati Koyo Projo sendiri dijadwalkan berlangsung pada 7 Nopember 2015 mendatang, mengambil rute dari Tempat Penimbunan Kayu (TPK) milik Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Bojonegoro hingga ke Alun-alun Bojonegoro.
Dalam skenario yang disiapkan, sebatang kayu jati sepanjang 17 meter yang disebut mbah balok itu akan diangkut secara manual oleh 10 pasang pria yang telah disiapkan oleh Disbudpar.
“Elemennya dari rakyat,” tambah Suyanto.
Selain itu, perjalanan yang dimulai pagi hari tersebut juga akan diiringi oleh penampilan para pelaku seni yang disebut dengan Parade Seni Nusantara.
Sebelumnya, Boyong Jati Koyo Projo tersebut dijadwalkan bakal berlangsung pada 5 Nopember, namun berdasarkan hasil rapat persiapan, akhirnya pelaksanaannya ditunda. Nantinya, Kayu Jati Mbah Balok tersebut akan ditempatkan di bagian ujung barat-selatan Alun-alun Kota Bojonegoro.
“Sengaja ditempatkan disudut, karena di bagian tengah sudah ada elemen tembaga, bagian barat ada elelen batu. Yang belum ada ya elemen kayu tersebut,” katanya.
Ditata menggunakan konsep tradisional, kayu jati yang diyakini merupakan bahan dasar Masjid Demak ataupun Kraton Surakarta pada masa akhir Kerajaan Majapahit tersebut juga akan dilengkapi dengan sebuah prasasti. Prasast tersebut berisi sebaris kata motivasi yang sengaja dibuat oleh Bupati Bojonegoro. (mon/kom)