bojonegorokab.go.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro terus 'jualan' apa yang laku untuk dijual kepada investor baik nasional maupun internasional. Kang Yoto - Bupati Bojonegoro terus memberikan peluang investasi dengan berbagai kemudahan kepada investor dalam ajang internasional 11 th World Islamic Economic Forum yang digelar di Kuala Lumpur Malaysia, mulai 2 – 5 Nopember 2015.
Dalam kesempatan itu Kang Yoto menyampaikan bahwa pertemuan ini menjadi ajang promosi yang tepat untuk Bojonegoro utamanya membuka peluang investasi.
Hadir dalam forum dinner ketua komite pengusaha Indonesia Malasyia Dr. Tanry Abeng, duta besar Ri di malasyia Herman Prayitno, Dato' Sri Chairul Anhar, President Indonesia Diaspora Network chapter Malasyia, selain kang yoto dan Shalahudin Y djalil dari Sumatera incoorporation.
Dari malasyia ada Datuk Suhaidi Sukaiman advisor invertor Management, Jean Wong, senior advisor, Dato' Dzulkifli chief executive officer Malasyia External Trade Development Corporation, ketua asosiasi dan beberapa tokoh bisnis.
Menurut Kang Yoto, salah satu tawaran yang berpeluang untuk Bojonegoro adalah membangun dry port (pelabuhan darat) di Bojonegoro agar bisa menyambung langsung dengan Teluk Lamong.
Sumadi Kusuma, President/ceo Global Putra International Group, salah seorang pengusaha logistik Indonesia dan pernah membangun dry port di Yogyakarta tertarik untuk menjajagi lebih jauh kemungkinan membangun dry port di Bojonegoro. Sumadi sendiri sudah memiliki perjanjian akses di pelabuhan Teluk Lamong Surabaya.
Masih dalam forum ini salah satu pengusaha sukses Indonesia Tanry Abeng menjelaskan peluang kerja sama bisnis Malasyia - Indonesia kini terbuka sampai di tingkat daerah seiring dengan otonomi dengan ditandai lahirnya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Untuk mematangkan dalam dua bulan ke depan akan dilanjutkan pembicaraan dengan exalpose berbagai peluang dari kedua belah pihak di jakarta. Disampaikan Bupati seusai pertemuan ini juga digelar Jamuan makan malam dilaksanakan di restoran melayu sebuah di lantai 39 sebuah hotel sekat menara kuala lumpur.
Secara pribadi Kang Yoto menjelaskan banyak mendapatkan pelajaran budaya: walau malasyia dan Indonesia sama sama rumpun melayu, melayu malaysia lebih bergaya britis (rasional) sementara melayu Indonesia bergaya belanda (emosional). Saling memahami gaya akan membuat kita bisa kerja sama.
Diaspora Indonesia di Malasyia juga sedang merancang sistem agar kelak semua pekerja Indonesia ke Malasyia masuk di sektor formal dan tidak ada lagi yang menjadi pembantu. Dalam pertemuan ini juga dihadiri oleh asosiasi pengusa sepatu dan tekstil indonesia.
Kang Yoto berharap besar dalam pertemuan tersebut banyak investor yang semakin yakin membuka peluang di Bojonegoro.
Untuk diketahui Pemkab Bojonegoro dalam upaya membuka peluang investasi ini melakukan beberapa upaya salah satunya dalam sistem pengupahan menggunakan Upah Umum Pedesaan (UUP) yang besarannya 1.005.000 rupiah dengan catatan menyerap tenaga kerja lokal dan didirikan di pedesaan tidak hanya itu pemkab juga menawarkan paket insentif investasi seperti yang sekarang sedang berjalan.(git/kominfo)