bojonegorokab.go.id - Tepat pukul 08.00 pagi (7/11) di Tempat Penampungan Kayu (TPK) milik Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) di kawasan Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro, Bojonegoro, Jawa Timur, kayu jati sepanjang 17 meter memulai perjalanannya.
Dibuka dengan kesenian gendruwonan, serta suara cemeti yang menyemangati 15 pasang pria yang bertugas membawa, kayu jati bernama Mbah Balok itupun berangsur mulai meninggalkan 'tempat peristirahatannya' tersebut untuk dibawa menuju ke Alun-alun Bojonegoro.
Sementara itu, di bagian belakang, tetabuhan gending yang diwarnai dengan tembang tulak kala yang dinyayikan oleh belasan remaja berpakaian hitam menjadi penutup iring-iringan perjalanan Mbah Balok.
Hari ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro sedang melakukan prosesi Boyong Jati Kayu Projo sebagai salah satu rangkaian kemeriahan peringatan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke 338. Perjalanan membawa batang kayu yang ditemukan di dasar sungai Bengawan Solo pada 1994 lalu itu membutuhkan waktu sekitar 90 menit.
Hampir seluruh prosesinya dilakukan secara manual, menurut pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, tim pengangkut kayu yang diperkirakan mempunyai berat sekitar 3 ton tersebut merupakan para mantan blandong (penebang kayu jati liar) yang kini menjadi mitra pemerintah untuk melestarikan hutan.
Tepat pukul 9.30, rombongan pembawa kayu jati tersebut telah memasuki lokasi 'persemayamannya' di ujung barat selatan alun-alun.
"Yang paling berat saat menyeberangi rel tadi, jalannya naik," jelas Karto, salah satu mantan blandong asal Kalitidu yang ikut menjadi tim pembawa 'Mbah Balok'.
"Ini termasuk cagar budaya dan sudah ada aturannya. Ini hanya dipindahkan dari TPK," kata Amir Syahid, Kepala Disbudpar Bojonegoro. (mon/kom)