bojonegorokab.go.id - Bagi sebagian besar daerah di Indonesia, memasuki musim penghujan menjadi 'momok', karena selalu diikuti dengan bencana banjir. Namun di Bojonegoro, datangnya musim penghujan telah diantisipasi untuk mengurangi resiko bencana yang timbul.
Salah satunya adalah dengan mengelola air hujan secara baik. Yakni menggerakkan masyarakat untuk memanen dan menabungnya dengan tujuan agar kekeringan teratasi.
Konsep Bojonegoro ini disampaikan Bupati Bojonegoro, Suyoto saat menjadi Narasumber dalam acara Seminar Nasional Peluang dan Tantangan Penerapan Dinamic Governance untuk pengarusutamaan pengurangan resiko bencana di Indonesia di Universitas Brawijaya Malang, Kamis (19/11/2015).
Dalam kesempatan itu, Kang Yoto mengatakan, ada beberapa cara yang dilakukan Pemkab Bojonegoro dalam mengelola air hujan. Yakni mewajibakan membuat sumur resapan di setiap bangunan untuk menampung air hujan agar kembali menjadi air bersih.
"Dari pada air hujan dibuang begitu saja di selokan, akan lebih baik ditampung agar dapat kembali terserap ditanah," ujar Kang Yoto.
berpesan sudah masuk musim penghujan mari berbondong bondong untuk memanen air dan menabungnya dengan tujuan agar kekeringan bisa teratasi.
Kemudian, lanjut Kang Yoto, memperbanyak lubang biopori. Lubang biopori ini merupakan miniatur dari sumur resapan karena mudah diimplementasikan di kawasan padat penduduk, memperluas lahan terbuka hijau, dan membuat embung-embung dan waduk yang menampung air hujan sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.
"Kita juga menggalakkan penghijauan ditanah pekarangan. Minimal 20 persen tanah pekarangan warga kita wajibkan untuk digunakan penghijauan," pungkas Kang Yoto.(dwi/kominfo)