Perangi Penyakit TBC, Pemkab Bojonegoro Kampanye Gerakan TOSS TB
Bojonegorokab.go.id - Sebagai langkah menanggulangi penyakit tuberkulosis (TBC), Pemkab Bojonegoro mengajak masyarakat menyukseskan Gerakan TOSS TB. Yakni sebuah gerakan ‘Temukan dan Obati Sampai Sembuh’ penyakit TBC.
Ajakan ini disampaikan lewat program siar radio SAPA! (Selamat Pagi) Malowopati FM edisi Jumat (09/08/2024). Lewat program siar yang digelar oleh Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ini, Pemkab ingin mengajak warga lebih mengenali cara penanganan TBC dengan benar.
dr. Hapsari Paramitha, Sp.P., salah satu narasumber, menuturkan bahwa TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan TBC. Kuman TB dapat ditularkan pada orang lain melalui udara, yang disebabkan oleh batuk ataupun bersin-bersin dari pasien. Kuman TB yang berterbangan di udara akan mati jika terkena sinar matahari, dan kuman TB akan bertahan lama jika berada pada ruangan yang lembab.
Penyakit TB ini juga dapat menyerang siapa saja, tidak memandang usia, maupun jenis kelamin. “Daya tahan tubuh setiap orang sangat mempengaruhi risiko penularan kuman TB hingga menjadi sakit TB,” ucapnya.
Lebih lanjut dr. Hapsari menjelaskan bahwa setelah dinyatakan positif TB, pasien diberi obat yang harus diminum secara teratur sampai tuntas selama 6-8 bulan. Selama masa pengobatan diperlukan pemeriksaan dahak pada tahap awal pengobatan, 1 (satu) bulan sebelum masa pengobatan berakhir, akhir pengobatan. “Obat TB diberikan secara gratis dan dapat diperoleh di puskesmas/rumah sakit,” jelasnya.
Sementara itu, dr. Rusdamayanti, Sp.PA., dokter spesialis patologi anatomi juga mengatakan bahwa penyakit ini paling sering menyerang paru-paru. Meski pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain seperti: kelenjar getah bening , tulang belakang, selaput otak, perut, kulit, dan tenggorokan.
Untuk memastikannya, diagnose didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. “Oleh sebab itu perlu kesadaran masyarakat bila dirinya terdiagnosa tuberkulosis maka hati-hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan,” tuturnya.
Selain itu, dr. Nurcahyo dari Dinas Kesehatan Bojonegoro juga menambahkan bahwa pihaknya berharap agar masyarakat Bojonegoro peduli Gerakan TOSS TB, yakni temukan dan obati sampai sembuh. Juga berikan dukungan moril dengan mengajak penderita TB berobat sampai sembuh tuntas. Masyarakat juga perlu bersikap tidak diskriminatif terhadap pasien TB, dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). “Sehingga Indonesia Bebas TB 2030 dapat tercapai,” imbuhnya.
Dalam kesempatan sama, Titi Budi Lestari, salah satu kader TBC dari Desa Mojokampung Kecamatan Bojonegoro menuturkan bahwa dirinya mengalami gejala batuk selama 2 minggu yang tidak sembuh-sembuh. Lalu ia melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan dan hasilnya dirinya terdiagnosis sakit TB.
“Setelah mengetahui hal tersebut, saya rutin dan teratur melakukan pemeriksaan selama 6 bulan, Alhamdulillah saat ini saya dinyatakan sembuh dari penyakit TBC,” ungkapnya.
Titi juga berpesan kepada masyarakat yang terdiagnosis penyakit TBC agar tidak takut untuk melakukan pemeriksaan. “Tetap semangat lakukan pemeriksaan secara rutin dan minum obat yang telah diberikan oleh dokter,” pesanya.[fif/nn]