Pemkab Bojonegoro Ajak Warga Lebih Mengenal Program Terapi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Bojonegorokab.go.id - Dalam rangkaian peringatan Hari Disabilitas Internasional, Pemkab Bojonegoro mengajak masyarakat untuk lebih mengenal program unggulan terapi anak berkebutuhan khusus. Tema ini dikupas lewat program siar radio SAPA! (Selamat Pagi) Malowopati FM, Kamis (5/12/2024).
Dra. Ninik Woro Wahyuti, Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Gunungsari Kecamatan Baureno menyampaikan bahwa di sekolahnya menyediakan 5 terapi untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu terapi okupasi, terapi akupresur, terapi sensori integrasi (SI), terapi perilaku dan terapi bina bicara. SLB Negeri Gunungsari mempunyai 87 murid mulai dari Tingkat SD, SMP dan SMA.
“Di mana visi misi kita adalah bagaimana anak lulus sekolah bisa hidup mandiri,” ucapnya.
Lebih lanjut Ninik menjelaskan bahwa ada imbauan agar semua SLB mempunyai ruang terapi karena anak berkebutuhan khusus (ABK) sulit untuk berkonsentrasi. Di SLB Gunungsari, terapi yang paling menonjol adalah terapi akupresur atau terapi pijit. Yakni ada titik-titik syaraf tertentu bisa meningkatkan kecerdasan anak.
Ninik juga berharap bahwa sedini mungkin orang tua dapat mendeteksi kondisi anak, agar semakin cepat melakukan terapi dan pengoptimalan daya kembang anak.
Sementara itu, Nur Indah Eka Natasya salah satu terapis menuturkan bahwa terapi okupasi adalah terapi membantu anak yang mengalami kesulitan sehari-hari agar bisa meningkatkan keterampilan hidup mandiri. Sedangkan terapi perilaku sangat efektif bagi ABK karena terapi ini bisa mengatasi perilaku seperti hiperaktif.
“Selain itu ada terapi bina bicara. Hal ini berguna untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dengan orang lain serta terapi akupresur yang banyak diminati,” tuturnya.
Tasya sapaan akrabnya juga mengatakan untuk terapi SI adalah terapi untuk anak yang mempunyai gangguan pada sensoriknya. Terapi yang digunakan dapat berupa sentuhan, gerakan dan cahaya.
Di samping itu, Eka Wiwik Sugiarti salah satu wali murid SLB Negeri Gunungsari mengungkapkan bahwa anaknya mengalami hiperaktif. Setelah metode terapi yang diajarkan di sekolah dipraktikkan di rumah, ada perubahan perlahan perilaku anak. Selain terapi yang dilakukan, ia juga menjaga pola makan yang sehat.
“Bagi orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, jangan malu untuk bersekolah di SLB. Karena di sana anak kita akan mendapatkan terapi sesuai kebutuhanya dan sangat membantu anak untuk bisa hidup mandiri,” pesannya.[fif/nn]