RSUD Padangan-Bojonegoro Kini Punya Katarak Center, Siap Jadi Rumah Sakit Unggulan dengan Layanan Kesehatan Lengkap
Bojonegorokab.go.id – Pemkab Bojonegoro terus berusaha memperkuat sistem layanan kesehatan, termasuk menjadikan RSUD Padangan menjadi sentra layanan katarak atau Katarak Center. Saat melakukan kunjungan di RSUD Padangan Selasa (5/8/2025), Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan RI Azhar Jaya mengapresiasi adanya Katarak Center dan mendorong adanya penguatan SDM serta fasilitas ICU dan HCU yang sesuai standar.
Menurut Azhar Jaya angka kebutaan layanan katarak secara nasional saat ini sekitar 3%. Namun di Jawa Timur lebih tinggi yakni 4,4%. Dari data tersebut, diperkirakan setiap tahun terdapat 210.000 hingga 250.000 kasus baru katarak di Indonesia. Oleh karena itu, kehadiran Katarak Center RSUD Padangan dipandang sebagai langkah tepat untuk percepatan penanganan kasus ini, khususnya di wilayah Bojonegoro dan sekitarnya.
“Katarak adalah salah satu layanan yang bisa ditangani secara cepat dan dibiayai melalui BPJS. Ini menjadi peluang besar sekaligus kebutuhan mendesak,” ucapnya
Terkait pelayanan BPJS dan Sistem Rumah Sakit Pemerintah berbeda dengan rumah sakit swasta. Rumah sakit pemerintah seperti RSUD Padangan, setiap pendapatannya akan dikembalikan untuk tunjangan tenaga kesehatan, pengembangan fasilitas, dan subsidi pelayanan bagi pasien BPJS.
Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang ada di RSUD Padangan, lanjut Azhar, perlu diperkuat dengan mendorong penerapan KRIS di seluruh rumah sakit. Diantaranya maksimal 4 tempat tidur dalam satu ruangan. Langkah ini bertujuan meningkatkan kenyamanan pasien.
“Kalau dulu satu ruangan ada 6 hingga 7 tempat tidur dan kamar mandi di luar. Sekarang tidak boleh lagi. Kelas rawat inap harus lebih manusiawi dan bermartabat,” ujarnya.
Ia melihat RSUD Padangan telah memenuhi standar ini dengan baik, bahkan beberapa ruang rawat inap hanya berisi 2 tempat tidur. RSUD Padangan juga telah melampaui standar ICU nasional, menjadikannya salah satu rumah sakit rujukan yang siap menangani kasus-kasus kritis.
Ke depan, sistem rujukan tidak lagi berdasarkan tipe rumah sakit A, B, atau C, tetapi berbasis kompetensi layanan. Untuk bedah jantung terbuka, pasien bisa langsung dirujuk ke rumah sakit dengan kompetensi utama, tanpa harus melewati tipe C dan B terlebih dahulu. Sistem ini diyakini akan mempercepat pelayanan dan mengurangi risiko keterlambatan penanganan.
Azhar juga menjelaskan terkait upaya pemerintah memenuhi kebutuhan dokter spesialis. Diantaranya dengan menyediakan beasiswa LPDP untuk pendidikan tenaga kesehatan, termasuk kuota 2.000 beasiswa untuk spesialis. “Bojonegoro harus menyiapkan putra-putri terbaik untuk disekolahkan menjadi tenaga spesialis. Jangan ada praktik KKN, pilih yang memang berkualitas,” tegasnya.
Dengan penguatan layanan katarak, ICU, KRIS, serta rujukan berbasis kompetensi, RSUD Padangan semakin menunjukkan perannya sebagai rumah sakit unggulan di Bojonegoro. Dukungan SDM melalui program beasiswa juga akan mempercepat transformasi layanan kesehatan yang lebih bermutu dan merata.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro Ninik Susmiati menambahkan RSUD Padangan menjadi salah satu pusat pengembangan layanan kesehatan di Bojonegoro. Tahun ini, RSUD Padangan meresmikan Katarak Center serta membuka berbagai layanan baru seperti endoskopi THT, politerapi wicara, poli paru, poli saraf serta poli jiwa. Penambahan alat medis pun terus dilakukan, termasuk alat spirometri dan rencana pengadaan CT Scan 128 slice, menggantikan alat lama yang hanya 32 slice.
Pada tahun 2026, kata Ninik, RSUD Padangan direncanakan memiliki gedung baru 5 lantai yang akan dilengkapi dengan ruang VIP. Kemudian pada 2027, direncanakan pembangunan gedung utama 6 lantai sebagai pusat pelayanan jantung terpadu, poli eksekutif, laboratorium dan radiologi eksekutif, serta penambahan fasilitas hemodialisa. Untuk mendukung itu, akan disiapkan pula pengadaan lahan seluas 16.563 m² dan penambahan SDM medis.
Puncaknya, pada tahun 2028, RSUD Padangan ditargetkan naik kelas menjadi Rumah Sakit Kelas B. Rencana ini akan didukung oleh pengadaan Cath Lab, peningkatan jumlah dokter spesialis, serta pembukaan rawat inap eksekutif.
Saat ini, RSUD Padangan memiliki 334 tenaga kesehatan, termasuk 20 dokter spesialis dari 15 spesialisasi, dokter umum, serta 9 dokter gigi termasuk spesialis gigi. “Namun demikian, tantangan masih ada, terutama pada ketersediaan dokter spesialis yang masih terbatas,” katanya.
Tercatat ada 12 jenis spesialis yang belum tersedia di RSUD Padangan dan lima di antaranya merupakan jenis layanan sangat dibutuhkan. Untuk itu, Pemkab terus berupaya melengkapi kebutuhan SDM agar target peningkatan status rumah sakit dapat tercapai.[fif/nn]