Revita Khoirisalma Atlet Catur Bojonegoro: Selalu Melatih Mental untuk Raih Juara

M. Khoirudin
07 Sep 2025
97 dilihat

Revita Khoirisalma menunjukkan 2 medali di ajang Porprov Jatim tahun 2025 yang digelar 28 Juni – 5 Juli 2025

Bojonegorokab.go.id – Semasa kecil, teras rumahnya menjadi arena adu strategi. Ayah dan kakaknya bertarung di atas papan catur, sedang ia menjadi penonton setia. Kenangan itulah yang nempel di ingatan Revita Khoirisalma, atlet Bojonegoro yang banyak menorehkan prestasi di dunia catur. Pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim 2025, ia berhasil meraih dua medali sekaligus.

“Awalnya cuma lihat, tapi lama-lama penasaran. Akhirnya coba main sendiri,” tutur Revita, bercerita tentang awal mula masuk di dunia catur.

Menurut dia, lomba catur dimulainya pada tahun 2014. Waktu itu sebuah kebetulan. Sebuah lomba catur di Bojonegoro seharusnya diikuti sang kakak. Namun, Revita yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) bersikeras ikut. Waktu itu, belum ada kategori TK, sehingga ia dimasukkan kategori kelas 1–3 SD. Hasilnya mengejutkan, ia meraih juara 2. 

Momen itu kemudian membawanya lebih serius di dunia catur. Apalagi, usai event itu, Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia) Bojonegoro datang ke rumahnya di Dusun Tlumbung, Desa/Kecamatan Sumberrejo, menawarkan kursi di tim mereka.

Revita kecil pun kemudian memulai sesi Latihan. Ada ratusan jam latihan yang harus dijalani. Setiap minggu, Revita hadir di markas Percasi Bojonegoro. Tapi di luar itu, ia punya agenda pribadi berlatih bersama pelatih luar hingga tujuh jam dalam satu sesi.

“Kadang, satu langkah bisa dipikirkan lima menit lebih. Kalau salah, semua strategi berantakan,” ucapnya sambil menatap papan seakan mengulang partai yang pernah ia mainkan.

Menu latihannya padat seperti simulasi pertandingan, analisis partai lawan, hingga bertanding melawan pemain dengan level jauh di atasnya. Tujuannya satu, melatih mental agar tidak gentar. “Kalau ketemu lawan kuat, justru itu kesempatan belajar. Rasanya seperti naik gunung, capek, tapi pemandangannya indah di puncak,” ujarnya.

Menjelang Porprov Jatim tahun 2025 lalu, Bojonegoro memberi dukungan penuh. Ada puslatkab, fasilitas makan, akomodasi, dan pelatih. Selama tiga bulan, hidupnya nyaris hanya berkutat antara papan catur, catatan strategi, dan jam istirahat yang minim.

Porprov 2025 menjadi medan uji mental dan fisik. Ia harus bermain di tiga nomor yaitu cepat, kilat, dan klasik dengan total sekitar 19 pertandingan.

“Waktu itu badan rasanya nggak fit, kepala berat, tapi saya nggak mau menyerah. Satu demi satu langkah saya jalani,” katanya pelan.

Dan akhirnya, dua medali berhasil dibawa pulang. Baginya, itu bukan sekadar prestasi, tapi hadiah atas kerja keras, disiplin, dan doa yang tak pernah putus.

Kini, meski menjadi mahasiswa baru (maba) di Universitas Negeri Surabaya, Revita tetap menjadi atlet Bojonegoro. Harapannya sederhana tapi penuh makna yaitu terus berkembang dan membawa nama Bojonegoro ke panggung nasional bahkan internasional.

“Catur mengajarkan saya bahwa hidup itu penuh pilihan. Satu langkah yang tepat bisa mengubah segalanya,” tutupnya.[zul/nn]