Fatkhul Ilma menunjukkan hasil pertaniannya di greenhouse miliknya di Desa Bendo, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Selasa (16/9/2025). Ia kini punya 8 greenhouse di usianya yg baru 28 tahun/Foto: Diba
Bojonegorokab.go.id - Di tengah pandangan umum bahwa pertanian adalah sektor tradisional dan kurang diminati generasi muda, Fatkhul Ilma, pemuda Desa Bendo, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro hadir sebagai sosok penggerak inovasi. Melalui Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Djoyo Tani yang ia dirikan, Ilma membawa warna baru dalam dunia pertanian Bojonegoro.
Di usianya yang kini 28 tahun, ia bertekad menjadikan pertanian sebagai profesi keren dan menjanjikan, khususnya bagi anak muda, dengan sentuhan teknologi modern.
Perjalanan Fatkhul Ilma di pertanian modern, dimulai ketika ia berusia 23 tahun dan dari sebuah greenhouse berukuran 4x6 meter. Dari sebidang tanah sederhana inilah ia melakukan riset untuk menemukan tanaman yang paling menjanjikan di pasar. Cabai dan melon menjadi pilihan utamanya. “Alhamdulillah, tiap kali panen hasilnya bagus,” ungkapnya. Keberhasilannya membuktikan bahwa pertanian berbasis teknologi memiliki prospek yang lebih baik dibandingkan metode konvensional.
Berkat penerapan sistem modern, Fatkhul mampu memanen melon hingga 5–6 kali dalam setahun dari greenhouse miliknya. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertanian tradisional. Tidak hanya produktivitas yang meningkat, serangan hama pun jauh lebih minim. Untuk pemasaran, ia tak lagi khawatir karena sudah ada tengkulak yang siap membeli hasil panen secara rutin.
Konsep hilirisasi yang diusungnya juga menjadi nilai tambah. Sebelum menanam, ia merancang strategi komoditas yang sesuai kebutuhan pasar. “Kami fokus pada tanaman yang konsumtif dan memiliki peluang diterima pasar seperti cabai dan melon,” jelasnya.
Kini, Ilma telah memiliki delapan greenhouse, yakni empat untuk produksi skala industri dan empat lainnya untuk riset serta penelitian. Dalam satu kali panen, satu greenhouse mampu menghasilkan omzet hingga Rp30 juta dengan keuntungan bersih sekitar Rp10–15 juta.
Ilma bukan hanya seorang praktisi, ia juga seorang pembelajar. Ia pernah mengikuti program smart farming yang digelar pemerintah Korea yang bekerjasama dengan pemerintah Indonesia. Pengalaman ini semakin mengasah kemampuannya dalam memadukan teknologi dengan pertanian.
Bahkan pada 2022, ia berhasil meraih Juara 2 Pemuda Pelopor Nasional, sebuah prestasi yang mengukuhkan dedikasinya.
Melalui P4S Djoyo Tani, ia membuka kesempatan bagi mahasiswa, pelaku usaha, hingga masyarakat umum untuk magang dan belajar langsung mengenai pertanian modern. Harapannya sederhana namun mendalam, yakni sektor pertanian ke depan harus digerakkan bersama-sama, termasuk oleh pemerintah, agar lebih banyak anak muda tertarik untuk terjun ke dunia pertanian.
Jerih payahnya tidak sia-sia. Pada Agustus 2025, P4S Djoyo Tani meraih penghargaan bergengsi sebagai P4S Teladan dari Kementerian Pertanian. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa inovasi dan komitmen Fatkhul Ilmi mampu menginspirasi sekaligus meningkatkan kualitas hidup petani di Bojonegoro.
“Pertanian itu penting, bahkan strategis. Kalau kita mau maju, harus mulai sekarang dengan cara yang tepat,” pungkasnya.
Dengan dedikasi dan inovasinya, Fatkhul Ilma membuktikan bahwa pertanian bukan lagi sekadar tradisi, tetapi masa depan yang menjanjikan, modern, produktif, dan menguntungkan.[fif/nn]