Program GAYATRI Bojonegoro Tunjukkan Hasil Menggembirakan, Warga Rasakan Manfaat Penjualan Telur

M. Khoirudin
06 Oct 2025
59 dilihat

Salah satu penerima manfaat Gerakan Beternak Ayam Petelur Mandiri (GAYATRI) Bojonegoro sedang mengambil telur dari kandang ayam. Program Pemkab Bojonegoro ini diharapkan bisa mengurangi angka kemiskinan/Foto: Diba

Bojonegorokab.go.id – Program Gerakan Beternak Ayam Petelur Mandiri (GAYATRI) yang diinisiasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sebagian besar kelurga penerima manfaat (KPM) program telah memperoleh hasil dari telur yang dihasilkan.

Sekretaris Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro, Elfia Nuraini, menjelaskan GAYATRI di APBD induk telah terdistribusikan kepada 400 KPM di 5 kecamatan dan 10 desa.

Dari 400 KPM, saat ini sebanyak 70% – 90 % ayam sudah mulai memproduksi telur. Tingkat kematian ternak tercatat rendah, hanya sekitar 2%. Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) telah mengambil sampel KPM di Desa Turi, Kecamatan Tambakrejo; dan Desa Klino, Kecamatan Sekar. Hasil sampling menunjukkan rata-rata keuntungan harian mencapai Rp 22.500.

"Hasil hitungan ini berdasarkan asumsi peternak sudah mandiri membeli pakan dengan harga Rp 7.500,- per kg, dan produksi telur harian mencapai 2,7 kg – 2,8 kg dengan harga jual telur antara Rp 24.000 – Rp 25.000," jelas Elfia.

Secara umum, hasil analisis usaha yang tertuang dalam kajian teknis menunjukkan keuntungan bulanan antara Rp 514.200,- hingga Rp 739.200,-.

"Keuntungan ini diharapkan dapat secara signifikan menambah pendapatan kategori rentan sehingga mereka bisa keluar dari data kemiskinan," harapnya.

Dari hasil evaluasi dan monitoring di seluruh lokasi sasaran program GAYATRI, juga ada penurunan produksi telur pada beberapa peternak. Penurunan ini terjadi karena rata-rata peternak mencampur pakan yang dibeli sendiri dengan jagung menggunakan takaran seadanya, sehingga kualitas nutrisi menjadi tidak maksimal.

“Oleh karena itu, pendampingan yang intensif dari petugas diharapkan dapat terus diberikan untuk memastikan kualitas pakan dan hasil produksi tetap optimal” jelasnya.

Untuk meningkatkan pendapatan KPM, Elfia menyampaikan beberapa catatan, diantaranya self mixing pakan berkelompok guna mendorong peternak untuk membuat pakan campuran sendiri secara berkelompok (melalui Koperasi atau BUMDes) mengingat Bojonegoro merupakan penghasil jagung dan padi. Biaya pakan merupakan komponen terbesar (minimal 70%) dari biaya operasional.

“Juga dilakukan pemanfaatan rempah, untuk mengurangi biaya operasional obat-obatan dengan memanfaatkan rempah-rempah yang dicampurkan ke pakan/air minum untuk meningkatkan daya tahan penyakit dan mengurangi bau kotoran,” paparnya.

Disnakkan juga mendorong pemasaran mandiri guna mewujudkan penjualan telur langsung ke konsumen, warung, atau secara online untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi. Penjualan kotoran guna memanfaatkan dan menjual kotoran ayam sebagai pupuk tanaman dengan harga jual kurang lebih Rp 1.000 – Rp 1.500 per kilogram. 

Juga bekerja sama dengan BUMD Pangan, BUM Desa, atau asosiasi/koperasi ternak untuk memudahkan penjualan telur, serta pembelian pakan dan bibit. Tak hanya itu, Pemkab Bojonegoro juga mengeluarkan surat edaran agar Aparatur Sipil Negara (ASN) Bojonegoro membeli telur dari GAYATRI, dengan jargon “bangga beli telur GAYATRI, mergo telur kabeh dadi dulur.”

“Program GAYATRI akan diperluas secara signifikan melalui Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD). menandakan komitmen Pemkab Bojonegoro untuk terus memperluas jangkauan program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan ternak ini,” pungkasnya. [ai/nn]