bojonegorokab.go.id - Tenaga perminyakan dari Bojonegoro meski hanya lulusan SMA ternyata diakui oleh beberapa pihak. Semangat yang tinggi dan kemampuan yang tak kalah dengan lulusan perguruan tinggi menjadi salah satu hal yang diakui.
Hal ini disampaikan oleh 12 orang yang kini bekerja di perminyakan yang juga lulusan dari El Nusa ketika berbagi kisah dan cerita dengan berita bojonegorokab.go.id di Ruang Meliwis Putih, Senin (11/1/2016) .
Jurais Al Qorni, karyawan Os PT El Nusa mengatakan bahwa tenaga dari Bojonegoro tak bisa dipandang sebelah mata. Komitmen dan totalitas menjadi hal utama saat bekerja. Selain itu kemampuan meski hanya lulusan SMA secara ketrampilan sama dengan lulusan dari perguruan tinggi.
“Mungkin kita kalah di teori namun ketrampilan di lapangan sama bahkan secara mental lebih lah,” kata pemuda yang bekerja sebagai Roughneck atau operator lantai bor.
Jurais Al Qorni menceritakan dirinya sebelum terpilih untuk mengikuti pendidikan di El Nusa hanyalah sebagai buruh cuci motor di wilayah Kalitidu. Kemudian sempat pula merantau di Jakarta, dan tahun 2010 memilih untuk kembali di Bojonegoro dan bekerja di pabrik paving.
“Waktu itu saya ingin sekali bisa bekerja di minyak, agar bisa membantu ekonomi keluarga,” kenang Jurais.
Harapan Jurais untuk mendapat pekerjaan lebih baik mulai muncul ketika pemerintah kabupaten membuka pelatihan dan sertifikasi yang bekerjasam dengan PT El Nusa. Dari 800 an pendaftar, dirinya termasuk beruntung terpilih untuk mengikuti diklat selama enam bulan.
Lagi-lagi nasib baik memang bernaung pada Jurais. Anak Ngatijan itu akhirnya berhasil direkrut untuk bekerja di EL Nusa. Pengalaman berharga kali pertama terjun di bidang perminyakan adalah bekerja di lepas pantai dan harus menaklukkan angin dengan kecepatan 37 knot selama beberapa hari.
“Dengan penghasilan saya sekarang ini, saya bisa membantu ekonomi keluarga. Ini sangat membahagikan,” pungkasnya.
Senada juga dituturkan Muhamad Nur Rokhim. Lulusan SMA PGRI Ngambon tahun 2009 lalu itu tak pernah menyangka jika kini bekerja di sektor minyak. Sebelumnya pria kelahiran tahun 1991 itu pernah bekerja sebagai security dan tukang batu di Surabaya.
Berbekal informasi yang di dapatkan dari siaran radio, Nur Rokim mencoba peruntungan untuk mendaftar mengikuti pelatihan di bidang perminyakan. Ternyata dirinya sama beruntungnya dengan 20 anak Bojonegoro yang juga mendapatkan kesempatan emas untuk dididik di EL Nusa. Enam bulan mengeyam pendidikan dan teori di Sentul. Kemudian dia langsung diterima bekerja di El nusa sebagai Drilling dan Olilfield srvice.
“Ini pengalaman yang tak bisa saya lupakan sepanjang hidup saya, bekerja di lepas pantai menghadapi ombak besar dan mabuk laut, semua harus ditaklukkan selama dua minggu,” sambung Nur Rokim yang mengaku pertama kali bekerja dua minggu tak mandi karena pasokan air yang tidak ada saat musim el nino.
Sementara itu Joko Sriwono dalam pertemuan ini mengharapkan agar pertemuan semacam ini tak hanya sekali ini dilakukan.Selain itu banyak warga Bojonegoro yang sukses bisa mendapatkan kesempatan untuk berbagi cerita. Tak hanya itu dirinya mengharapkan agar kedepan pemerintah menyediakan pendidikan dijenjang perguruan tinggi di bidang perminyakan.
Menurut Joko, dengan adanya SMK perminyakan sekarang ini, merupakan langkah yang bagus untuk membuka perguruan tinggi perminyakan pada tahun depan. Apalagi kekayaan sumber daya alam di Bojonegoro sangat luar biasa. “Seyogyanya dalam pengelolaannya melibatkan putra dan putri Bojonegoro,” sarannya.
Sedangkan Muhammad Syahri Avriadhon mengungkapkan, bahwa tenaga-tenaga Bojonegoro banyak mendapatkan pengakuan, tak sekedar motivasi hidupnya yang tinggi akan tetapi mudah menerima pembelajaran. Selain itu kemampuan yang tak jauh berbeda dengan lulusan perminyakan dari beberapa perguruan tinggi.
Dia mengharapkan agar generasi muda Bojonegoro membekali dirinya dengan kemampuan. Selain itu, pemerintah tidak hanya memberikan pelatihan namun ada legal formalitas yakni sertifikasi yang bisa diakui dan bisa dijadikan bekal untuk melamar pekerjaan.
“Itu akan mempermudah pemuda Bojonegoro bersaing di pasar kerja,” pungkasnya.
Yang pasti, para pemuda lulusan SMA yang sukses di dunia perminyakan ini merupakan bukti nyata bahwa generasi emas Bojonegoro sudah menampakkan kualitasnya. Burung-burung kecil itu kini telah menjelma menjadi elang yang siap mengarungi samudra mengepakkan sayap tak hanya di angkasa Indonesia akan tetapi menjelajah cakrawala.(dwi/kominfo)