Guru Tari SMPN 5 Bojonegoro Anang Setyawan: Ajak Siswa Ekspresikan Diri Lewat Gerak

M. Khoirudin
17 Oct 2025
55 dilihat

Anang Setyawan, guru SMPN 5 Bojonegoro bersama murid tarinya sedang berlatih/Foto: Diba

Bojonegorokab.go.id - Seni tidak hanya menjadi ruang ekspresi, tetapi juga ruang merawat budaya. Hal itu tergambar dalam sosok Moh. Anang Setyawan, guru sekaligus seniman tari asal Desa Kedungadem, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro. Saat ditemui di sela kegiatan mengajar di SMPN 5 Bojonegoro, Anang tampak membimbing siswanya dengan penuh semangat dan telaten. Gerak tubuhnya luwes, langkahnya tegas mencerminkan kecintaan mendalam terhadap seni tari yang telah ia tekuni sejak kecil.

“Dari TK, saya sudah senang menari,” katanya saat menceritakan perjalanannya berkesenian. Minatnya di dunia tari terus berkembang hingga membawanya menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Sejak saat itu, dunia tari menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidupnya.

Kini, selain mengajar, Anang juga aktif membina Sanggar Tari Stratama SMPN 5 Bojonegoro, yang menaungi sekitar 150 penari muda. Melalui sanggar ini, ia berupaya menyalurkan ilmu dan pengalaman yang dimilikinya untuk mencetak generasi muda yang tidak hanya terampil menari, tetapi juga memiliki karakter disiplin dan percaya diri. “Ilmu kalau tidak dibagikan akan sia-sia. Saya ingin anak-anak bisa mengekspresikan diri lewat gerak,” ujarnya.

Anang menyukai hampir semua jenis tari, mulai dari tari kreasi, tradisional, hingga kontemporer. Anang memiliki kecintaan khusus pada tari Thengul, tarian khas Bojonegoro yang menyerupai karakter wayang hidup. Ketertarikannya berawal saat ia mengikuti audisi pemilihan tari khas Bojonegoro dan berhasil masuk sepuluh besar terbaik dengan membawakan karakter Thengul.

“Tari Thengul itu unik. Gerakannya seperti manusia yang dipergelarkan layaknya wayang. Ada ekspresi, ada jiwa,” jelasnya. Sejak itu, Thengul menjadi inspirasinya dalam berkarya. Anang kemudian menciptakan tari Thengul versi kreasi baru dengan tetap mempertahankan nilai tradisi, namun kini dilengkapi dengan alur cerita dan penggunaan topeng sebagai elemen penunjang ekspresi. Ia bahkan meminta izin langsung kepada pencipta tari Thengul asli sebelum mengembangkan versinya sendiri.

Dedikasi dan konsistensi Anang dalam melestarikan seni budaya membawa dirinya meraih prestasi bergengsi. Ia dinobatkan sebagai Juara 1 Pemuda Pelopor Bidang Seni dan Budaya tingkat Kabupaten Bojonegoro. Melalui perannya ini, Anang berhasil mendorong semangat pemuda-pemudi, khususnya siswa SMA/SMK, untuk lebih mencintai dunia seni, baik seni suara maupun seni tari.

Salah satu kegiatan besar yang pernah ia tangani adalah acara peringatan Hari Sumpah Pemuda, di mana ia dipercaya menjadi pengarah kegiatan yang menampilkan paduan suara dan tari Nusantara dari siswa SMA/SMK se-Kabupaten Bojonegoro. Acara tersebut mendapat sambutan positif karena mampu menampilkan kreativitas generasi muda sekaligus memperkuat rasa nasionalisme melalui seni.

Menjadi penari laki-laki bukan tanpa tantangan. Anang mengakui sempat menghadapi pandangan miring dari lingkungan sekitar. “Banyak yang bilang, laki-laki kok menari? Tapi bagi saya, tarian laki-laki tetap laki-laki, tarian perempuan tetap perempuan. Yang penting profesional dan menjiwai peran,” tegasnya.

Melalui pengajarannya, ia berusaha menumbuhkan keberanian bagi anak laki-laki untuk menari tanpa rasa malu. Ia percaya seni dapat membentuk karakter dan mental yang tangguh. “Kalau ingin jadi penari, ya harus siap capek. Kalau cedera, tetap diobati. Itu bagian dari proses dan disiplin bergerak dalam tari,” ujarnya.

Anang juga dikenal selalu memberi ruang bagi siswanya untuk bereksplorasi. Ia menyesuaikan pembelajaran dengan minat anak-anak, misalnya melalui tari kreasi modern atau dance, agar mereka tetap bersemangat tanpa kehilangan esensi seni tradisional. “Saya tidak ingin egois. Anak-anak juga harus punya kesempatan mengeksplorasi dirinya,” katanya.

Kiprah Anang dalam dunia tari terus berkembang. Ia pernah dipercaya menjadi penari tari Garuda di hadapan Presiden Joko Widodo dalam kegiatan Pramuka se-Indonesia di Malang. Selain itu, ia juga rutin mengikuti berbagai festival dan ajang nasional, termasuk “Indonesia Menari” yang digelar di Surabaya secara serentak di 12 titik pada 12 Oktober lalu.

Berkat konsistensinya dalam berkarya, Anang dipercaya banyak pihak untuk mengisi berbagai kegiatan kebudayaan di tingkat daerah. Ia juga aktif mendukung upaya pelestarian budaya lokal yang digagas pemerintah daerah melalui pengajaran, pelatihan, dan pembinaan siswa-siswa berbakat.

Bagi Anang, menari bukan sekadar hobi, melainkan jalan hidup. Ia meyakini bahwa setiap gerak dalam tari adalah bentuk komunikasi antara jiwa dan budaya. Pesan yang selalu ia sampaikan kepada siswanya sederhana namun penuh makna “Setiap jiwa adalah gerak tari yang melekat pada tubuhmu. Kalau memang suka menari, lakukan saja. Jangan malu.”

Dengan semangat dan dedikasi itu, Anang Setyawan terus berkomitmen untuk melestarikan seni tari, mengembangkan potensi generasi muda, dan mengangkat nama Bojonegoro melalui karya dan gerak yang penuh makna.[zul/nn]