Waspadai Penyakit ‘Silent Sisease’ Tulang, Ini Tips dari Dokter Spesialis Fisioterapi RSUD Bojonegoro

M. Khoirudin
20 Nov 2025
47 dilihat

dr Mei Ria Rahayu,Sp.KFR menjadi narasumber dalam talkshow SAPA! Malowopati FM, Kamis (19/11/2025)/Foto: Istimewa

Bojonegorokab.go.id - Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk selalu mewaspadai penyakit tulang yang bersifat progresif dan tanpa gejala, Pemkab Bojonegoro bersama RSUD Soesodoro Jatikusumo Bojonegoro menggelar acara talkshow SAPA ! (Selamat Pagi) Malowopati, Kamis (20/11/2025). Talkshow ini sebagai langkah partisipasi aktif dalam edukasi kesehatan kepada masyarakat.

dr. Mei Ria Rahayu, Sp.KFR yang menjadi narasumber menjelaskan bahwa osteoporosis didefinisikan secara klinis sebagai kondisi yang ditandai oleh penurunan signifikan massa tulang dan kerusakan arsitektur mikro pada jaringan tulang. Konsekuensi utamanya adalah peningkatan risiko fraktur atau patah tulang.

"Osteoporosis dikenal sebagai 'penyakit diam-diam' (silent disease) karena tidak menunjukkan gejala awal yang jelas. Kehilangan massa tulang bisa mencapai 30% pada saat gejala seperti nyeri muncul atau saat kondisi terdiagnosis melalui pencitraan (rontgen)," jelas dokter spesialis fisioterapi RSUD Sosodoro Djatikoesoemo tersebut. 

 

Wanita pascamenopause, kata dia, sebagai kelompok dengan prevalensi kasus osteoporosis tertinggi. Hal ini diakibatkan oleh penurunan drastis hormon estrogen, yang esensial dalam mempertahankan kepadatan massa tulang.

Ada beberapa factor risiko lain yang perlu diwaspadai masyarakat meliputi:

• Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan osteoporosis.

• Gaya Hidup: Kebiasaan merokok (menghambat absorbsi kalsium), konsumsi alkohol, serta minuman bersoda atau berkafein berlebihan.

• Inaktivitas Fisik: Kurangnya latihan beban dan olahraga.

• Indeks Massa Tubuh (IMT) Rendah: Kondisi tubuh yang terlalu kurus.

dr. Mei juga menyoroti kebutuhan kalsium yang sering tidak terpenuhi oleh populasi dewasa. Kebutuhan kalsium harian untuk individu di atas 50 tahun adalah sekitar 1.200 mg. Realitasnya, asupan dari diet sehari-hari seringkali hanya mencapai 200–250 mg. 

Defisit besar ini memerlukan intervensi diet dan nutrisi yang terencana," paparnya.

Ia juga mengingatkan bahwa pembentukan puncak massa tulang terjadi hingga usia 23 tahun, sehingga penting untuk memastikan nutrisi tulang sejak masa kanak-kanak hingga dewasa muda.

Bagi pasien yang sudah terdiagnosis osteoporosis, penanganan berfokus pada dua aspek utama: peningkatan kualitas hidup dan pencegahan fraktur.

"Aktivitas fisik harus disesuaikan dan dikonsultasikan, namun sifatnya esensial untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan otot. Bagi lansia, upaya pencegahan jatuh adalah prioritas utama, termasuk memastikan keamanan lingkungan rumah (menghindari lantai licin atau penghalang) dan menghindari gerakan mendadak," ujar dr. Mei.

Dalam sesi ini, ia juga meluruskan kesalahpahaman umum antara osteoporosis dan osteoarthritis. Osteoporosis adalah penyakit pengeroposan massa tulang, sedangkan Osteoarthritis adalah kondisi radang atau pengapuran pada sendi. Keduanya memiliki mekanisme patologis dan protokol penanganan yang berbeda.

Sebagai penutup, dr. Mei Ria Rahayu, Sp.KFR, menyampaikan tiga rekomendasi kunci untuk menjaga kesehatan tulang:

1. Latihan Fisik Teratur yang bersifat weight-bearing dan disesuaikan dengan usia.

2. Kecukupan Gizi dan Kalsium melalui diet seimbang.

3. Modifikasi Gaya Hidup dengan menghindari faktor risiko seperti merokok dan konsumsi minuman yang menghambat penyerapan kalsium.[fif/nn]